NAMA : NIRANDA RISTANIA
NPM : 1625010013
KELAS: AGROTEKNOLOGI A
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Sistem informasi geografis menurut para ahli :
- Menurut Burrough (1986) mendefinisikan SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
- Menurut Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan
- Menurut Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
Sistem informasi geografis ini dapat digunakan untuk menganalisis tingkat bahaya erosi dan kekritisan lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS).
Erosi tanah merupakan proses penghancuran agregat-agregat tanah menjadi fraksi yang halus dan dipindahkan oleh air aliran permukaan dari tempat terjadi penghancuran tersebut ke tempat lain (Aprisal dan Junaidi, 2010). Kekritisan lahan pada suatu Daerah Aliran Sungai merupakan suatu kondisi yang ditunjukkan oleh rendahnya kesuburan tanah karena lapisan tanah atas (top soil) telah hilang. Padahal lapisan ini digunakan sebagai media bagi micro flora dan micro fauna untuk tumbuh. Hilangnya sebagian besar lapisan tanah ini disebabkan oleh erosi (Heung et al. 2013).
Sistem informasi geografis dapat digunakan untuk mengumpulkan data informasi mengenai analisi bahaya erosi dan kekritisan lahan. Sistem Informasi Geografis (SIG) dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa objek - objek serta fenomena - fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting untuk dianalisis (Tunas, 2005; Arsyad, 2010).
Sistem Informasi Geografis dapat mempermudah proses visualisasi dan eksplorasi geografis dari data sekunder yang diperoleh khususnya dalam mengidentifikasi tingkat bahaya erosi pada wilayah suatu wilayah. Contoh terdapat suatu Penelitian menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk memetakan tingkat kekritisan lahan di sepanjang Sub DAS Riam Kanan. Terrdapat juga penelitian analisa tingkat bahaya erosi dan kekritisan lahan pada das badung provinsi bali. Kedua penelitian ini sama-sama mengamplikasikan sistem geografis.
Salah satu pengamplikasian sistem informasi geografis dalam penelitian analisa tingkat bahaya erosi dan kekritisan lahan pada daerah aliran sungai yaitu menerapkannya berupa data-data dan informasi diantaranya :
1) Data Analisa Hidrologi Curah Hujan Rerata Daerah
Analisis ini menyajikan data curah hujan rerata daerah yang digunakan untuk analisis erosi dan kekritisan lahn
2) Penggambaran Peta Kelas Kemiringan Lereng
Data ini diperlukan untuk mengetahui kelas kemampuan lahan yang ada di daerah studi. Kelas kemiringan lereng pada Sub DAS (daerah aliran sungai)
3) Data Peta
Peta, yang digunakan antara lain :
a. Peta topografi.
Contoh peta topografi daerah tegal
b. Peta tata guna lahan
Contoh peta tata guna lahan
c. Peta solum tanah
contoh Peta solum tanah
d. Peta lokasi stasiun hujan
Contoh peta lokasi stasiun hujan
e. Peta jenis tanah
Contoh peta jenis tanah
4) Analisa Laju Erosi Penentuan Indeks Erosivitas (R)
Perhitungan indeks erosivitas pada studi ini menggunakan metode yang dikemukakan oleh Bols. Untuk menghitung indeks erosivitas hujan dengan metode Bols diperlukan data curah hujan bulanan, data jumlah hari hujan per bulan, dan data hujan maksimum harian (24 jam).
5) Perhitungan Laju Erosi (A)
Perhitungan laju erosi lahan dihitung untuk setiap unit lahan yang memiliki informasi tata guna lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. Untuk mendapatkan unit lahan dilakukan dengan cara menggabungkan (overlay) dari peta yang telah dibuat sebelumnya, yaitu peta kemiringan lereng. peta jenis tanah, dan peta tata guna lahan. Kemudian ditambahkan atribut dari hasil perhitungan indeks erosivitas hujan, sehingga di dapatkan nilai kristis lahan.
6) Kalibrasi Data Erosi
Reaktor yang digunakan pada kalibrasi ini berbentuk kotak persegi dengan dimensi 1 m x 1 m x 0,2 m, sehingga dapat dengan maksimal menampung tanah yang tererosi pada saat hujan.
7) Analisi jenis tanah berdasarkan Peta jenis tanah
Contoh pada penelitian diperoleh Jenis tanah pada DAS Badung adalah latosol sehingga memiliki skor 30. Hal ini disebabkan karena kondisi DAS Badung yang landai serta curah hujan harian rata-rata yang rendah dan jenis tanah pada DAS Badung yang tidak beragam sehingga memiliki skor yang rendah.
8) Penentuan Lahan Kritis
Penentuan lahan kritis didapatkan dari data Rekapitulasi Besaran Laju Erosi. Pada lahan - lahan yang termasuk kriteria lahan potensial kritis dan semi kritis, jika tidak dilakukan tindakan konservasi tanah yang tepat, dapat menyebabkan terjadinya erosi sehingga lahan akan menjadi kritis. Pada lahan - lahan yang termasuk kriteria kritis dan sangat kritis sangat perlu untuk dilakukan rehabilitasi lahan dan tindakan konservasi tanah yang tepat sehingga dapat menurunkan laju erosi yang terjadi.
Untuk mengatasi erosi dan kekritisan lahan dapat dilakukan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Pada kawasan lindung dapat dilakukan reboisasi pada lahan semak belukar dan reklamasi lahan. Pada kawasan penyangga dapat dilakukan pertanaman dalam strip, tumpangsari, pembuatan teras, bertanam menurut kontur pada lahan tegalan dan perkebunan. Pada kawasan budidaya tanaman tahunan dapat dilakukan penanaman tanaman penutup tanah sedang berupa semak. Pada lahan belukar, bertanam menurut kontur, pertanaman dalam strip, dan tumpang sari pada lahan tegalan dan perkebunan; dan pada kawasan budidaya tanaman semusim dapat dilakukan penanaman menurut kontur serta pembuatan teras pada lahan sawah dan tegalan.
Sistem informasi geografis sangat di butuhkan untuk analisis bahaya erosi dan kekritisan lahan. Karena dengan adanya SIG ini dapat membantu mengantisipasi terjadinya erosi maupun kekritisan lahan. SIG menyediakan data atau sistem data informasi yang dapat di akses melalui komputer, bantuan satelit, GPS, dan lain sebagainya, maka dari itu sistem informasi geografis sangat membantu dan berguna dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
- Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
- Aprisal dan Junaidi. 2010. Prediksi Erosi dan Sedimentasi Pada Berbagai Penggunaan Lahan di Sub DAS Danau Limau Manis Pada DAS Kuranji Kota Padang, J-Solum, 7(1) : 1829-7994.
- Heung B., Bakker L., Schmidt M. G., 2013. Modelling thedynamicsofsoil redistribution induced by sheet erosion using the Universal Soil Loss Equation and cellular automata Dragićević S. Geoderma, 202–203: 112–125.
- Tunas, I Gede. 2005. Prediksi Erosi Lahan DAS Bengkulu Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG), Jurnal SMARTek, 3(3) :137-145.
Komentar
Posting Komentar