SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Gambar
TUGAS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN  DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN Nama kelompok: 1.       Niranda Ristania                   (1625010013) 2.       Siska Dwi Lestari                  (1625010014) Usaha Tani Terpadu “SENIROCEN SAWANGBASAN” 1.1. Pendahuluan  Kerusakan lingkungan yang semkin banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu dampak akibat perbuatan manusia terhadap perubahan keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan terjadonya perubahan iklim yang drastis serta terjadinya berbagai bencana. Usaha pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kerusakan lingkungan . eningkatan penduduk yang begitu besar harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan secara tepat dan cepat. Berbagai usaha terus dikembangkan seiring perminaan produk yang begitu tinggi.   Seiring dengan seruan revolusi hijau dan gerakan swasembada pangan, usaha pertanian dilakukan dengan sangat intensif,

laporan praktikum dasar perlindungan tanaman hama tanaman

www.upnjatim.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Peningkatan produksi pertanian seringkali dihadapkan pada permasalahan gangguan serangan hama tanaman. Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan hewan vertebrata. Hewan vertebrata meliputi tikus, burung, babi hutan, dan lain sebagainya. Kerugian ditimbulkannya beragam, tergantung dari beberapa faktor  seperti makanan, iklim, musuh alami, dan manusia.
     
Sehubungan indonesia terletak di daerah tropis maka masalah gangguan serangan hama tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun, hal ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi hama. Gangguan serangan hama pada tanaman sangat merugikan, karena menurunkan produktivitas, maka dari itu upaya pengendaliaan perlu dilakukan.

Hama akan melancarkan serangannya saat pagi dan sore menjelang malam.maka dari itu untuk meningkatkan hasil produksi pertanian diperlukan strategi pengendalian hama. Hama yang sering muncul pada tanaman produksi seperti padi yaitu tikus dan burung pipit. Oleh karena itu diperlukan cara pengendalian efektif untuk mengatasi serangan hama bertulang elakang.


1.2. TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan dalam mengenali jenis dan gejala serangan hama vertebrata yang paling banyak menimbulkan kerugian dalam budidaya di bidang pertanian.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi.  Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.  Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati(Harianto, 2009).
Akibat dari serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut kualitatif dan susut daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang tidak terkontrol (Pracaya, 1995).
Budidaya tanaman padi banyak terjadi serangan hama tikus,sebab tikus merupakan hama yang relatif sulit dikendalikan karena memiliki kemampuan adaptasi, mobiitas, dan kemampuan berkembang biak yang pesat serta daya rusak tinggi  hal ini menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman pada pertanaman padi. Kehilangan hasil produksi akibat serangan tikus cukup besar, karena menyerang tanaman sejak di persemaian sampai menjelang panen. Potensi perkembangbiakan tikus sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia. (priyambodo,1995)
Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami menghemat panggunaan bahan kimia penghilang hama seperti rodentisida dan insektisida sekitar 33-75%. Pengendalian hama berdasarkan manipulasi alami dimaksudkan untuk memberikan panen yang lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai rodentisida atau pestisida pengendali hama lainnya ( effendi,2009)
Burung pipit merupakan salah satu hama tanaman padi dan tergolong kedalam kelas aves. Aves memilii kempauan mobilitas yang tinggi sehingga penyebarannya sangat lusa. Penyebaran itu didukung oleh kemampuan adaptasi dan keadaan lingkungan yang mendukung.(Buffallo,1969)



















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
            Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilaksanakan pada hari senin, tanggal 25 september 2017 pukul 08.50 – 10.30. bertempat di laboratoriun kesehatan fakultas pertanian UPN Veteran Jawa Timur.
3.2 ALAT DAN BAHAN
- lembar catatan dan alat tulis
- kamera
3.3 CARA KERJA
1)      Mencari hama tanaman (hama vertebrata) seperti hama pada tanaman padi (tikus,burung pipit)
2)      Mengidentifikasi (duga) hama /organisme pengganggu tanaman tersebut.
3)      Mengamati dan mengambil hama tersebut.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAn

4.1 HASIL PENGAMATAN

NO
OPT DAN NAMA
KOMODITAS
(INANG)
GEJALA
SERANGAN
KETERANGAN
1.
Tikus Sawah
(Rattus Argentiventer)
Padi
- Batang bawah,tengah, sampai ke bulir-bulir padi dimakan tikus
- Diambil di lahan pertanian UPN Veteran Jatim pada minggu 24 september 2017
2.
Burung Pipit/ Bondol  Jawa
(lonchura punctulata)
Padi
-  Menyerang bulir padi. Bulir padi hilang dan ada yang kosong.
-Diambil di lahan pertanian UPN Veteran Jatim pada minggu 24 september 2017














4.2 PEMBAHASAN
Praktikum kali ii yaitu mengamati hama vertebrata dan gejala serangan pada tanaman, kita mengambil 2 hama vertebrata untuk dianalisis yaitu yang pertama tikus sawah (Rattus Argentiventer) dan yang kedua Burung Pipit/ Bondol  Jawa (lonchura punctulata. Komoditas utama/inang yang diserang adalah  tanaman padi.
Tikus sawah (Rattus Argentiventer), tikus tergolong dalam jenis hama vertebrata yang menyerang tanaman padisebagai komoditas utama. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan, sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12 puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dan moncongnya berbentuk tumpul.
Klasifikasi tikus sawah menurut ( murakami,1992)
Kerajaan          : Animalia
Sub filum         : Vertebrata
Filum               : Chordata
Kelas                : Mamalia
Ordo                 : Rodentia
Superfamilia     : Muroidea
Familia              : Muridae
Genus                : Rattus
Spessies             : Rattus argentiventer
                        Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus). Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih). Tikus dapat berkembang biak apabila makanannya banyak mengandung zat tepung. Populasi tikus sawah sangat ditentukan oleh ketersediaan makanan dan tempat persembunyian yang memadai. Tempat persembunyian tikus antara lain tanaman, semak belukar, rumpun bambu, pematang sawah yang ditumbuhi gulma, dan kebun yang kotor (Sudarmaji, 2005).
Gejala serangan tikus pada saat persemaian
a.   Benih padi yang baru ditabur dimakannya sehingga permukaan bedengan rusak, jumlah benih berkurang, dan sisa benih tampak berserakan.
b.   Benih yang telah berkecambah atau berakar dicabut dan dimakan se­hingga bila pesemaian digenangi, akan tampak potongan akar meng-ambang di permukaan air.
c.   Bibit padi bagian tengah bedengan dipotong dan dimakan sebagian batangnya sehingga bibit tampak seperti baru disabit.

Gejala Serangan Tikus di Pertanaman

a.       Pada tanaman muda, bagian tengah petakan tampak gundul karena batang-batang padi dipotong dan dimakan tikus.
b.      Pada fase bunting, malai muda di bagian tengah petakan dimakan melalui kelopak daun dan  saat bulir padi mendekati masak, tikus akan memotong dan meleng-kungkan tanaman, kemudian memakan bulirnya. 
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara pengendalian fisik,kimia, dan biologi. Pengendalian fisik, dilakukan dengan menggunakan sinar lampu untuk menangkap tikus pada malam hari, tikus sendiri tidak akan keluar jika terkena cahaya maka dari itu cahaya perlu dipasang di pematang sawah untuk menghindari serangan tikus, memompa air atau lumpur kedalam sarang tikus,mengusir tikus dengan suara ultrasonik, dan gropoyan masal atau membongkar sarang tiku, teknik pemerangkapan  juga bisa dilakukan. Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan menggunakan rodentisisda atau umpan racun, bahan fumigasi,, bahan kimia rapellent dan bahan kimia anti fertilitas. Pengandalian fisiologis dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan musuh alami tius. Musuh alami pemangsa tikus biasanya berasal dari kelompo burung, mamalia, dan reptilia.(sudarmaji dan herawati,2001)
Hama ke-dua yaitu Burung pipit (lonchura punctulata). Burung pipit adalah jenis hama dari kelas unggas (aves) pemakan biji bijian yang menyerang malai pada  tanaman padi untuk memakan biji atau bulir padi. Burung yang mempunyai nama ilmiah Lonchura striata ini menyerang tanaman padi pada saat tanaman padi berumur 70-80 hari atau pada saat tanaman padi mulai dalam proses mengisi bulir padi. Burung pipit menyerang  dan memakan bulir padi muda atau “gumecrot” orang sunda menyebutnya. Burung pipit atau “manuk piit” menyerang tanaman padi dengan cara bergerombol, waktu serangan hama burung pipit bisa dari pagi sampai sore hari, namun serangan kawanan burung pipit paling banyak pada waktu pagi sekitar jam 6 sampai jam 9 pagi dan di sore hari dari sekitar jam 2 sampai jam 4.

Burung pipit mempunyai bentuk tubuh yang  kecil dengan ukuran sekitar 8-12 cm dan mempunyai berat 8-14 g, kepala burung pipit jantan lebih besar disbanding dengan kepala betina. warna burung pipit bermacam macam yang sering ditemui di sawah adalah jenis burung bondol peking (Lonchura punctulata).
Klasifikasi burung pipit (Lonchura punctulata)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : aves
Ordo                : passeriformes
Famili              : estildidae
Genus              : lonchura
Species            : Lonchura punctulata
            Gejala serangan yang ditimbulkan dari serangan burung pipit yaitu bulir padi yang baru masak telah hilang atau kosong karena taelah termakan oleh burung pipit dan biasanya burung pipit ini mrnyerang bulir padi yang baru masak sampai memasuki masa panen dari padi tersebut.
            Menurut (Modjo.A.S,2012) Pengendalian burung pipit dapat dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan kimia. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan pita kaset, cd/dvd bekas, atau cara paling sering digunakan yaitu dengan menggunakan orang orangan sawah “Bebegig” atau dengan kaleng bekas yang di hubungkan dengan seutas tali mengelilingi petak pesawahan yang di gerakan dari saung sehingga menimbulkan bunyi bunyian untuk mengusir hama burung pipit. Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan menggunakan rendaman buah jengkol dan buah serut. Pengandalian secara kimiawi dapat dengan menggunakan fungisida tiflo 80wp untuk pengendalian burung.








BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
     Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1)      Hama tikus sawah dan burung pipit, keduanya sama-sama menyerang tanaman padi sebagai komoditas utama. Bedanya tikus sawah menyerang seluruh bagian tanaman,sedangkan burung pipit hanya menyerang bagian malai/bulir padi.
2)      Kedua hama ini akan muncul pada saat musi tanam padi dan panen padi dan beroperasi untuk menyerang pada pagi dan sore menjelang malam.























DAFTAR PUSTAKA
-          Buffalo, N.P.1986. Animal and Plant Diversity. Prentice-Hall Eglewoo.
New Jersy.
-          Effendi,Baehaqi S.2009. Strategi Pengendalian Terpadu Tanaman Padi Dalam
Prespektif Praktek Pertanian(Good Agriculture Practice). Pengembangan inovasi pertanian 2(1) : 65-78
-          Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.
-          Modjo. S.A .2012. Pengendlian Hama Bulir Pemakan Padi Sawah. Laporan
Peneliatian Hasil Pertanian. Universitas Gorontalo.
-          Murakami, O. 1992. “ Tikus Sawah” Laporan Akhir Kerjasama Indonesia-Jepang
Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162) Jakarta : Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.
-          Pracaya. 1995. Hama dan penyakit tanaman. Panebar Swadaya. Jakarta. 417.
-          Priyambodo. S. 1995. Penegndalian Hama Tikus Terpadu. Penebar swadaya. Jakarta
-          Sudarmaji dan N.A Herawati. 2001. Metode Sederhana Pendugaan Populasi Tikus
Sebagai Dasr Pengendalian Diri Di Ekosistem Sawah Irigasi. Penelitian Pertanian 20(2) : 27-31
-          Sudarmaji . 2006. Penegndalia Hama Tikus Terpadu Di Ekosistem Sawah Irigasi.
Juranl Penelitian Tanaman Pangan. 24(5) : 119-125










LAMPIRAN

Hasil gambar untuk GAMBAR TIKUS SAWAH      Gambar terkait
Gambar 1.                                                        Gambar 2.
Tikus Sawah                                                    Burung Pipit

Gambar 2.
Burung Pipit




agrotek.upnjatim.ac.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

laporan praktikum penetapan kadar air

laporan praktikum tanah PENETPAN TEKSTUR,STRUKTUR, DAN WARNA