www.upnjatim.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Peningkatan produksi
pertanian seringkali dihadapkan pada permasalahan gangguan serangan hama
tanaman. Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan hewan vertebrata.
Hewan vertebrata meliputi tikus, burung, babi hutan, dan lain sebagainya.
Kerugian ditimbulkannya beragam, tergantung dari beberapa faktor seperti makanan, iklim, musuh alami, dan
manusia.
Sehubungan indonesia
terletak di daerah tropis maka masalah gangguan serangan hama tanaman hampir
selalu ada sepanjang tahun, hal ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai
bagi perkembangan populasi hama. Gangguan serangan hama pada tanaman sangat
merugikan, karena menurunkan produktivitas, maka dari itu upaya pengendaliaan
perlu dilakukan.
Hama akan melancarkan serangannya
saat pagi dan sore menjelang malam.maka dari itu untuk meningkatkan hasil
produksi pertanian diperlukan strategi pengendalian hama. Hama yang sering
muncul pada tanaman produksi seperti padi yaitu tikus dan burung pipit. Oleh
karena itu diperlukan cara pengendalian efektif untuk mengatasi serangan hama
bertulang elakang.
1.2. TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan dalam mengenali jenis dan
gejala serangan hama vertebrata yang paling banyak menimbulkan kerugian dalam
budidaya di bidang pertanian.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hama merupakan
suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan menimbulkan
kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga
menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian tubuh yang
utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.Serangga hama merupakan organisme
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan
kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala
yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan
tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut
merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan
mati(Harianto, 2009).
Akibat dari
serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut kualitatif dan susut
daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena
sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya
mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang
tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah
butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena
bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji
tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah
turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat
serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi
serangga yang tidak terkontrol (Pracaya, 1995).
Budidaya tanaman
padi banyak terjadi serangan hama tikus,sebab tikus merupakan hama yang relatif
sulit dikendalikan karena memiliki kemampuan adaptasi, mobiitas, dan kemampuan
berkembang biak yang pesat serta daya rusak tinggi hal ini menyebabkan hama tikus selalu menjadi
ancaman pada pertanaman padi. Kehilangan hasil produksi akibat serangan tikus
cukup besar, karena menyerang tanaman sejak di persemaian sampai menjelang
panen. Potensi perkembangbiakan tikus sangat dipengaruhi oleh jumlah dan
kualitas makanan yang tersedia. (priyambodo,1995)
Pengendalian hama
berdasarkan manipulasi musuh alami menghemat panggunaan bahan kimia penghilang
hama seperti rodentisida dan insektisida sekitar 33-75%. Pengendalian hama
berdasarkan manipulasi alami dimaksudkan untuk memberikan panen yang lebih
besar kepada musuh alami, sebelum memakai rodentisida atau pestisida pengendali
hama lainnya ( effendi,2009)
Burung pipit merupakan
salah satu hama tanaman padi dan tergolong kedalam kelas aves. Aves memilii
kempauan mobilitas yang tinggi sehingga penyebarannya sangat lusa. Penyebaran
itu didukung oleh kemampuan adaptasi dan keadaan lingkungan yang
mendukung.(Buffallo,1969)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN
TEMPAT
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilaksanakan pada
hari senin, tanggal 25 september 2017 pukul 08.50 – 10.30. bertempat di
laboratoriun kesehatan fakultas pertanian UPN Veteran Jawa Timur.
3.2 ALAT DAN BAHAN
- lembar catatan dan alat tulis
- kamera
3.3 CARA KERJA
1)
Mencari hama
tanaman (hama vertebrata) seperti hama pada tanaman padi (tikus,burung pipit)
2)
Mengidentifikasi
(duga) hama /organisme pengganggu tanaman tersebut.
3) Mengamati dan mengambil hama tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAn
4.1 HASIL PENGAMATAN
NO
|
OPT DAN NAMA
|
KOMODITAS
(INANG)
|
GEJALA
SERANGAN
|
KETERANGAN
|
1.
|
Tikus Sawah
(Rattus Argentiventer)
|
Padi
|
- Batang bawah,tengah, sampai ke
bulir-bulir padi dimakan tikus
|
- Diambil di lahan pertanian UPN Veteran
Jatim pada minggu 24 september 2017
|
2.
|
Burung Pipit/ Bondol Jawa
(lonchura punctulata)
|
Padi
|
- Menyerang bulir padi. Bulir padi hilang
dan ada yang kosong.
|
-Diambil
di lahan pertanian UPN Veteran Jatim pada minggu 24 september 2017
|
4.2 PEMBAHASAN
Praktikum kali ii yaitu mengamati hama vertebrata
dan gejala serangan pada tanaman, kita mengambil 2 hama vertebrata untuk
dianalisis yaitu yang pertama tikus sawah (Rattus Argentiventer) dan yang kedua
Burung Pipit/ Bondol Jawa (lonchura
punctulata. Komoditas utama/inang yang diserang adalah tanaman padi.
Tikus sawah (Rattus Argentiventer), tikus tergolong dalam jenis
hama vertebrata yang menyerang tanaman padisebagai komoditas utama. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat
kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara
keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih
keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan,
sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12
puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada
postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus
muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di bagian depan telinga.
Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dan
moncongnya berbentuk tumpul.
Klasifikasi tikus sawah
menurut ( murakami,1992)
Kerajaan
: Animalia
Sub filum :
Vertebrata
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Superfamilia : Muroidea
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Spessies
: Rattus argentiventer
Tikus sawah mempunyai kemampuan
reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman
padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak
hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif
cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3
bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari
ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari
dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus).
Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih). Tikus dapat berkembang biak apabila makanannya
banyak mengandung zat tepung. Populasi tikus sawah sangat ditentukan oleh
ketersediaan makanan dan tempat persembunyian yang memadai. Tempat
persembunyian tikus antara lain tanaman, semak belukar, rumpun bambu, pematang
sawah yang ditumbuhi gulma, dan kebun yang kotor (Sudarmaji, 2005).
Gejala serangan tikus
pada saat persemaian
a. Benih padi yang baru
ditabur dimakannya sehingga permukaan bedengan rusak, jumlah benih berkurang,
dan sisa benih tampak berserakan.
b. Benih
yang telah berkecambah atau berakar dicabut dan dimakan sehingga bila
pesemaian digenangi, akan tampak potongan akar meng-ambang di permukaan air.
c. Bibit
padi bagian tengah bedengan dipotong dan dimakan sebagian batangnya sehingga
bibit tampak seperti baru disabit.
Gejala Serangan Tikus di Pertanaman
a. Pada
tanaman muda, bagian tengah petakan tampak gundul karena batang-batang padi
dipotong dan dimakan tikus.
b. Pada
fase bunting, malai muda di bagian tengah petakan dimakan melalui kelopak daun
dan saat bulir padi mendekati
masak, tikus akan memotong dan meleng-kungkan tanaman, kemudian memakan
bulirnya.
Pengendalian
hama tikus dapat dilakukan dengan cara pengendalian fisik,kimia, dan biologi.
Pengendalian fisik, dilakukan dengan menggunakan sinar lampu untuk menangkap
tikus pada malam hari, tikus sendiri tidak akan keluar jika terkena cahaya maka
dari itu cahaya perlu dipasang di pematang sawah untuk menghindari serangan
tikus, memompa air atau lumpur kedalam sarang tikus,mengusir tikus dengan suara
ultrasonik, dan gropoyan masal atau membongkar sarang tiku, teknik
pemerangkapan juga bisa dilakukan.
Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan menggunakan rodentisisda atau umpan
racun, bahan fumigasi,, bahan kimia rapellent dan bahan kimia anti fertilitas.
Pengandalian fisiologis dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan musuh alami
tius. Musuh alami pemangsa tikus biasanya berasal dari kelompo burung, mamalia,
dan reptilia.(sudarmaji dan herawati,2001)
Hama ke-dua yaitu Burung
pipit (lonchura punctulata). Burung
pipit adalah jenis hama dari kelas unggas (aves) pemakan biji bijian
yang menyerang malai pada tanaman padi untuk memakan biji atau bulir
padi. Burung
yang mempunyai nama ilmiah Lonchura striata ini menyerang
tanaman padi pada saat tanaman padi berumur 70-80 hari atau pada saat tanaman
padi mulai dalam proses mengisi bulir padi. Burung pipit menyerang dan
memakan bulir padi muda atau “gumecrot” orang sunda menyebutnya. Burung pipit
atau “manuk piit” menyerang tanaman padi dengan cara bergerombol, waktu
serangan hama burung pipit bisa dari pagi sampai sore hari, namun serangan
kawanan burung pipit paling banyak pada waktu pagi sekitar jam 6 sampai jam 9
pagi dan di sore hari dari sekitar jam 2 sampai jam 4.
Burung pipit mempunyai bentuk tubuh yang
kecil dengan ukuran sekitar 8-12 cm dan mempunyai berat 8-14 g, kepala burung
pipit jantan lebih besar disbanding dengan kepala betina. warna burung pipit
bermacam macam yang sering ditemui di sawah adalah jenis burung bondol peking (Lonchura
punctulata).
Klasifikasi burung pipit (Lonchura punctulata)
Kingdom : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas : aves
Ordo :
passeriformes
Famili :
estildidae
Genus : lonchura
Species : Lonchura
punctulata
Gejala
serangan yang ditimbulkan dari serangan burung pipit yaitu bulir padi yang baru
masak telah hilang atau kosong karena taelah termakan oleh burung pipit dan
biasanya burung pipit ini mrnyerang bulir padi yang baru masak sampai memasuki
masa panen dari padi tersebut.
Menurut
(Modjo.A.S,2012) Pengendalian burung pipit dapat dilakukan dengan cara mekanis,
biologis, dan kimia. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan pita kaset,
cd/dvd bekas, atau cara paling sering digunakan yaitu dengan menggunakan orang orangan sawah “Bebegig” atau
dengan kaleng bekas yang di hubungkan dengan seutas tali mengelilingi petak
pesawahan yang di gerakan dari saung sehingga menimbulkan bunyi bunyian untuk
mengusir hama burung pipit. Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan
menggunakan rendaman buah jengkol dan buah serut. Pengandalian secara kimiawi
dapat dengan menggunakan fungisida tiflo 80wp untuk pengendalian burung.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1)
Hama tikus
sawah dan burung pipit, keduanya sama-sama menyerang tanaman padi sebagai
komoditas utama. Bedanya tikus sawah menyerang seluruh bagian tanaman,sedangkan
burung pipit hanya menyerang bagian malai/bulir padi.
2)
Kedua hama
ini akan muncul pada saat musi tanam padi dan panen padi dan beroperasi untuk
menyerang pada pagi dan sore menjelang malam.
DAFTAR PUSTAKA
-
Buffalo, N.P.1986. Animal and Plant Diversity.
Prentice-Hall Eglewoo.
New Jersy.
-
Effendi,Baehaqi S.2009. Strategi Pengendalian Terpadu Tanaman Padi
Dalam
Prespektif Praktek
Pertanian(Good
Agriculture Practice). Pengembangan inovasi pertanian 2(1) : 65-78
-
Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.
-
Modjo. S.A .2012. Pengendlian Hama Bulir Pemakan Padi Sawah. Laporan
Peneliatian Hasil Pertanian. Universitas Gorontalo.
-
Murakami, O. 1992. “ Tikus Sawah” Laporan
Akhir Kerjasama Indonesia-Jepang
Bidang
Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162) Jakarta : Direktorat Bina Perlindungan
Tanaman.
-
Pracaya. 1995. Hama dan penyakit tanaman. Panebar Swadaya. Jakarta. 417.
-
Priyambodo. S. 1995. Penegndalian Hama Tikus Terpadu. Penebar swadaya. Jakarta
-
Sudarmaji dan N.A Herawati. 2001. Metode
Sederhana Pendugaan Populasi Tikus
Sebagai
Dasr Pengendalian Diri Di Ekosistem Sawah Irigasi. Penelitian Pertanian 20(2) :
27-31
-
Sudarmaji . 2006. Penegndalia Hama Tikus
Terpadu Di Ekosistem Sawah Irigasi.
Juranl Penelitian Tanaman Pangan. 24(5) : 119-125
LAMPIRAN
Gambar 1. Gambar
2.
Tikus Sawah Burung
Pipit
Gambar 2.
Burung Pipit
agrotek.upnjatim.ac.id
Komentar
Posting Komentar