Pertanian
merupakan bagian utama yang perlu dikembangkan, karena pertanian adalah mata
pencarihan dan lapangan kerja utama bagi penduduk daerah pedesaan dan bahkan
sekarang ini juga sudah merambah didaerah perkotaan. Pertanian menjadi
perhatian utama karena sebagai sektor kegiatan ekonomi yang menonjol.
Perjalanan pertanian di indonesia dimulai dari sejak zaman kerajaan kuno,
pertanian pada zaman penjajahan belanda dan jepang sistem pertaniannya lebih
tertata karena pada zaman penjajahan sistem pertaniannya didasrkan pada
kelembagaan yang dibentuk dan teknik budidaya tanamannya didasrkan pada kondisi
iklim dan ketinggian tempat, serta memberikan pembinaan kepada para petani,
pertanian setelah kemerdekaan dan awal kemerdekaan sistem pertanian ini
didasrkan pada kebijakan program yang dibuat oleh lembaga pertanian yang telah
dibentuk untuk mengatur sisem pertanian dengan tjuan meningkatkan produksi dan
pendapatan pertanian pada masa ini kegiatan pertanian terprogram oleh lembaga
yang dibuat oleh pemerintah. Kemudian memasuki pertnian moderen atau era
sekarang, sistem pertaniannya tidak didasrkan pada program dari lembaga
pemerintahan namun secara perorangan atau kelompok tani namun tetap terdapat
kebijakan pemerintah untuk penggunaan pupuk, zpt, maupun pestisida. Menurut
(wini, 2019) Kebijakkan pemerintah pemerintah
yang saat itu merokomendasikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan paket
Panca Usaha Tani, yangsalah satunya menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan
pestisida. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida menyebabkan beberapa dampak
negatif seperti degradasi lingkungan dan munculnya OPT baru. Kegagalan
pertanian era sekarang atau bisa disebut era moderen membuat para pakar
pertanian mencoba merumuskan kembali pertaninan yang berkelanjutan serta ramah
lingkungan atau back to nature.
Pertanian
era revolusi industri 4.0 dikatakan mampu memberikan dampak positif terutama
dalam bidang pertanian. Memasuki era revolusi indutri 4.0 segala kegiatannya
berkaitan dengan penggunaan mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan
internet. Untuk mengimplementasikan industri 4.0 diperlukan kesiapan dalam
segala aspek. Pada bidang pertanian tentunya kesiapan pengguna (petani) harus
memahami konsep dan penerapan dilapang, kesiapan teknologi yang kurang memadahi
dan masih diperlukan inovasi pengembangan teknologi, dan yang terpenting akses
internet karena pada realitanya pemandaatan dunia digital belum optimal. Akses
internet di indonesia juga masih belum merata dari sabang hingga merauke,
ditambah dengan kecepatan rata-rata internet yang masih kurang dibanding negara
lain. Pemanafaatan industri 4.0 memang bisa diterapkan namun hanya dibeberapa
kota besar dan tentunya masih belum merata sampai ke daerah plosok, dikarenakan
beberapa masalah atau kendala teknis yang perlu diatasi. Beberapa kota-kota
besar di indonesia sudah mulai mengimplementasikan sistem pertanian era
revolusi indutri 4.0 untuk menunjang kagiatan budidaya tanaman dengan harapan
mampu meningkatkan efisiensi serta efektivitas usaha tani dan hasil produksi tinggi
sehingga sistem pertanian yang dihasilkan lebih produktif dan berdaya saing.
Menteri
Pertanian Republik Indonesia
Amran Sulaiman dalam
Akhir (2018),menyampaikan untuk
mendukung revolusiindustri 4.0, sektor pertanian sedang bereksperimen
dengan model dan inovasi bisnis
baru, yaitu: pertanian presisi,
pertanian vertikal, pertanian pintar (smart farming), pemanfaatan sensordan
drone, internet pertanian dan
otomatisasi alsintan. Menurutnya,
Ke depan olah
lahan, tanam, panen hingga pengolahan dilakukan menggunakan remote control dari
rumah.
Pemanfaatan Internet of Thing(IoT)
dalam bidang pertanian bertujuan
menghubungkan peralatan dengan internet melalui smartphone, gadget dan alat
lainnya. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) meluncurkan teknologi yang dikembangkan
dengan kombinasi teknologi cloud computing dengan mobile internet yaitu UPJA
Smart Mobile adalah aplikasi android yang digunakan untuk jasa pengolahan
tanah, jasa irigasi, jasa penanaman padi, jasa jual gabah, jasa pelatihan untuk
operator alsintan, perawatan dan perbaikan alsintan, serta jasa penjualan suku
cadang alsintan. Aplikasi berbasis android ini dapat gunakan untuk membantu
mengoptimalkan pemanfaatan alsintan di tingkat pedesaan.
Gambar 1. Aplikasi UPJA Smart Mobile
berbasis Android
Peluncuran inovasi
teknologi mekanisasi lainnya
yang dihasilkan
Balitbangtan, yaitu : 1). Smart Irrigation, digunakan untuk pengairan yang
hemat air, meminimalisisr evaporasi dan aliran air. Smart irrigation
dimanfaatkan untuk mengairi zona sekitar perakaran tanaman dengan sistem
perakaran tanaman dan sistem irigasi tetes permukaan (sub surface drip irrigation-SDI)
dan digunakan dengan remote kontrol untuk katup elektronik berbasis sistem
smartphone android, 2). Smart Green
House, atau rumah pertanaman pintar memiliki fungsi sebagai rumah tanaman
dimana iklim mikro yang berperan sebagai syarat tumbuh dapat dikendalikan,
suhu, kelembaban, besarnya intensitas cahaya, dan lengas tanah juga dapat
dikendalikan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman yang akan dibudidayakan.
Selain itu smart green house ini dapat diakses dengan smartphone berbasis
android serta dapat diakses dimana saja dan kapan saja apabila smartphone
terkoneksi dengan internet, 3). Autonomus Tractor, tractor menggunakan system kemudi yang dapat
dikendalikan secara otomatis. Traktor ini berfungsi untuk mengolah tanah
menggunakan sistem navigasi Real Time Kinematika (RTK) yang dapat melakukan
pengolahan lahan sesuai perencanaan dengan akurasi 5-25 cm.
(a) (b) (c)
Gambar (a) smart irrigation (b) smart green house (c)
autonomus tractor
Inovasi
teknologi untuk menunjang pertanian modern lebih banyak memanfaatkan sistem
aplikasi yang dapat diakses di smartphone android atau gedget. Aplikasi buatan mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta yaitu aplikasi PUHA ( Pendeteksi Unsur Hara) berbasis
smartphone android. Aplikasi ini berfungsi
untuk mendeteksi unsur hara dan pH tanah juga memberikan informasi untuk
memperbaiki lingkungan dengan penambahan kapur dan gipsum. aplikasi tersebut
mengusung sistem ganda dengan hardware (perangkat PUHA) dan software berupa
aplikasi PUHA itu sendiri. Sistemnya terpantau oleh smartphone Android
dan perangkat PUHA. Aplikasi ini masih belum banyak dipasarkan.
(a) (b)
Gambar (a)
software sistem aplikasi PUHA (b) hardware PUHA (Pendeteksi Unsur Hara)
Aplikasi
untuk menunjang peningkatan produksi pertanian yaitu mengenai budidaya tanaman
yang berbasis software serta dapat di unduh atau di instal di smartphone atau
android dan gedget banyak banyak sekali ditemukan di appstore contohnya
aplikasi Ag Phd merupakan aplikasi yang
dibuat oleh warga esthonia dimana aplikasi ini memberikan informasi mengenai
budidaya tanaman terdapat berbagai macam fungsinya seperti Ag Phd fertilizer
removal by crop ( memberikan petunjuk pemberian nutrisis/pemupukan pada
tanaman), Ag Phd field pest identification
and control (identifikasi gejala seranga hama dan penanggulangannya), Ag Phd
crop nutrient deficiencies ( memberikan informasi mengenai defisisensi
unsurhara tanaman), Ag Phd planting
population (menghitung populasi tanaman setiap luasan lahan yang
digunakan). Aplikasi ini merupakan software
yang berisi informasi atau panduan bagi petani untuk kegiatan budidaya tanaman,
namun sayangnya aplikasi ini menggunakan bahasa inggris jadi apabila diterapkan
di indonesia tidak akan begitu banyak dipergunakan namun aplikasi ini sangat
membantu untuk keberhasilan budidaya tanaman.
Aplikasi
lain yang banyak digunakan untuk mengatur pemberian nutrisi tanaman atau
pemupukan, mendiagnosa serangan hama, penyakit maupun defisiensi hara beserta
cara mengatasinya hanya dengan memotret bagian tanaman yang terserang OPT atau karena defisiensi unsur hara sehingga dengan
adanya aplikasi yang disebut (Plantix Preview-Grow Smart) didirikan di jerman
pada tahun 2015. Aplikasi ini mampu mendukung pertanian cerdas yang menghasilkan
tanaman sehat dan menghemat sumber daya melalui tindakan yang telah ditentukan.
Namun aplikasi ini masih belum tersedia dalam bahasa indonesia sehingga tidak
semua petani dapat mengakses aplikasi ini.
Gambar 2. Aplikasi
Plantix Preview-Grow Smart berbasis smartphone Android
Aplikasi
One Soil Scouting merupakan aplikasi yang digunakan kondisi lahan pertanian
yang ada di daerah sekitar dengan menghitung indeks vegetasi yaitu kemampuan
lahan untuk ditanami dan jenis tanaman
apa yang cocok ditanami di lahan tersebut aplikasi ini akan juga akan memberi
laporan mengenai keadaan lapang dan memberitahu tentang berbagai abomali pertumbuhan
tanaman seperti masalah banjir. Aplikasi
ini didasarkan pada pemanfaatan GPS untuk mendeteksi daerah yang akan dilakukan
penghitungan indeks vegetasi dan memanfaatkan teknologi satelit. Aplikasi ini
masih belum tersedia dalam bahasa indonesia jadi aplikasi ini mungkin ditujukan
untuk digunakan oleh seorang agronomist atau beberapa petani modren.
Gambar 3. Aplikasi One Soil Scouting berbasis smartphone Android
Distrik Militer
0706/Temanggung membuat inovasi baru di era industry 4.0 berupa teknologi drone dengan
ukuran besar yang difungsikan untuk menyemprot tanaman, baik untuk pemupukan,
menyemprotkan pestisida, maupun penyiraman ringan. Drone ini dijalankan menggunakan remote control. Drone dengan teknologi
tinggi ini juga mampu mendeteksi kondisi tanaman pertanian atau perkebunan
dalam lahan yang luas. Drone dapat diaplikasikan di lahan pertanian oleh petani karena cara pengaplikasiannya tidak begitu sulit.
Gambar 4. Pesawat Drone tanpa awak (ridding)
Alat
monitoring kondisi tanaman buatan china yaitu Xiaomi Flower Monitor, berfungsi untuk
memonitoring kondisi tanaman khususnya tanaman bunga, dimana alat ini berupa
hardware dan juga terhubung dengan software (Flower Care) yang dapat mengetahui
kondisi tanaman seperti kandungan hara pada tanaman masih tersedia apa kurang,
besarnya air yang harus diberikan pada tanaman tersebut, suhu atau temperatur
yang diinginkan oleh tanaman tersebut, kelembapan tanah dan informasi
bersangkutan dengan bunga yang ditanam dalam database tanaman pada aplikasi. Sistem
penggunaannya dengan koneksi bluetooth untuk terhubung ke smartphone atau ke
softwarenya, sehingga penggunaanya tidak bisa dalam jangkauan luas. Pemasaran alat
ini di Indonesia masih belum sedikit.
Gambar 4. Xiaomi Flower Monitor
Berkembangnya
revolusi industri 4.0 secara langsung akan berpengaruh terhadap sektor pertanian di Indonesia. Revolusi industri
yang berkembang semakin cepat menuntut
adanya adaptasi di semua sektor lainnya,
termasuk pertanian. Revolusi Industri 4.0
yang sedang berkembang saat ini sudah tidak
lagi membicarakan otomatisasi alat,
tetapi lebih pada sistem siber fisik
atau Internet of Things. Sektor pertanian Indonesia harus siap dalam menghadapi
era Revolusi Industri 4.0 saat
ini. Mekanisasi alat
dan mesin pertanian tidak hanya harus bisa berjalan secara otomatis,
tetapi juga terintegrasi dengan jaringan
internet. Sistem mekanisasi tersebut akan berperan penting dalam
mencapai target swasembada pangan yang berkelanjutan.
KESIMPULAN
Revolusi
industri 4.0 memberikan dampak besar bagi sektor pertanian. Peluang pembangunan
pertanian pada revolusi industri 4.0 dapat dicapai dengan mempertimbangkan
beberapa aspek seperti kesiapan SDM ( sumber daya manusia) dimana SDM berperan
penting dalam sektor pertanian, karena kebanyakan SDM di indonesia memiliki
tingkat pendidikan yang cukup rendah contohnya para petani di daerah plosok
pedesaan, sehingga sulit dijangkau untuk diberi pemahaman penggunaan
internet of thing seperti penggunaan mesin otomatis yang terkoneksi dengan
smartphone android dan pemanfaatan aplikasi untuk meningkatkan budidaya tanaman
juga akan terbatas. Kendala lain yang akan dihadapi adalah penyebaran jaringan
internet yang masih tidak merata dan inovasi teknologi yang masih kurang akan
menghambat pengimplementasiaan industri 4.0.
Daftar Pustaka
- L. N. Hotden, H. R. Ahmad. 2018. Era Revolusi Industri
4.0: Peluang Dan Tantangan Pengembangan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian
Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional DPW ISRI SUMUT. 7 hal.
- W.
F. Wini . 2019. Peran Politik Pertaniandalam Pembangunan Pertanian Menghadapi
Era Revolusi Industri 4.0 Di Sektor Pertanian. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik. Vol 3 (2). 1-12 hal.
Komentar
Posting Komentar