SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Gambar
TUGAS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN  DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN Nama kelompok: 1.       Niranda Ristania                   (1625010013) 2.       Siska Dwi Lestari                  (1625010014) Usaha Tani Terpadu “SENIROCEN SAWANGBASAN” 1.1. Pendahuluan  Kerusakan lingkungan yang semkin banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu dampak akibat perbuatan manusia terhadap perubahan keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan terjadonya perubahan iklim yang drastis serta terjadinya berbagai bencana. Usaha pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kerusakan lingkungan . eningkatan penduduk yang begitu besar harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan secara tepat dan cepat. Berbagai usaha terus dikembangkan seiring perminaan produk yang begitu tinggi.   Seiring dengan seruan revolusi hijau dan gerakan swasembada pangan, usaha pertanian dilakukan dengan sangat intensif,

ARTIKEL PENGELOLAHAN TANAH DAN AIR TERHADAP KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN MENTIMUN DI Ds. GELANG KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.


ARTIKEL PENGELOLAHAN TANAH DAN AIR TERHADAP KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN MENTIMUN DI Ds. GELANG KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.




Tanaman mentimun (Cucumis sativa L.) termasuk dalam tumbuhan merambat  merupakan salah satu jenis tanaman sayuran buah Famili labulabuan (cucurbitaceae). Produksi tanaman mentimun di jawa timur dalam skala nasional pada tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami penurunan, yaitu 512.535 ton, 491.636 ton, 477.976 ton, dan 447.677 ton (Direktorat Jendral Pertanian, 2016). Rendahnya produksi tanaman mentimun disebabkan karena selama ini sistem usaha tani mentimun belum dilakukan secara intensif terutama pada kondisi lahan, perawatan tanaman dalam hal kegiatan pemupukan, dan benih mentimun. Selain itu terdapat juga kendala dari factor eksternal yaitu kondisi iklim yang meliputi suhu, kelembaban dan curah hujan yang setiap tahun tidak menentu  mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun.
Tanaman mentimun cocok pada suhu tanah antara 18―300 C. Penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8―12 jam/hari. curah hujan optimal yang diinginkan tanaman sayur ini antara 200―400 mm/bulan, sedangkan menurut BPBD sidoarjo curah hujan di kawasan sidoarjo tahun 2018 yaitu berskisar 100-200 mm/bulan namun curah hujan menjadi tidak menentu di tahun ini karena perubahan iklim yang cukup ekstrim menjadi kendala. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pada hasil pertumbuhan tanaman timun di tulangan, menurut petani di gelang tulangan hasil pertumbuhan tanaman mentimun tidak menentu namun di tahun ini hasilnya sudah cukup baik, dibanding tahun sebelumnya. Syarat tumbuh tanaman mentimun sudah sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di wilayah tulangan sidoarjo.
Mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,5―6,5. Tanah yang banayak mengandung air, terutama pada waktu berbunga, merupakan jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun di antaranya alluvial, latosal, dan andosol. Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di sidoarjo khususnya daerah gelang kecamatan tulangan,  jenis tanah di daerah tersebut yaitu tanah alluvial, tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu, bertekstur liat dengan struktur remah. Jenis tanah di daerah tulangan sidoarjo sesuai dengan syarat tumbuh tanaman mentimun. Namun kondisi lahan di tulangan sidoarjo ada beberapa tempat yang ketersedian airnya sedikit dikarenakan drainase dan daerah resapan airnya kurang baik.
Jenis mentimun dibagi menjadi dua golongan, yaitu mentimun yang pada buahnya terdapat bintil-bintil terutama bagian pangkalnya dan mentimun yang buahnya halus (tidak berbintil). Di daerah tulungan banyak membudidayakan tanaman mentimun dari berbagai varietas, ada dua jenis mentimun yang dibudidayakan  yaitu mentimun yang buahnya berbintil dan mentimun yang buahnya halus. Untuk mentimun yang buahnya berbintil biasanya petani menggunakan biji mentimun varietas watang ritan, dan untuk mentimun yang buahnya halus bisa disebut kerai oleh orang jawa yang sebenarnya adalah timun jepang atau (kyuri). Selain itu ada juga varietas panda dan vanesa yang juga di budidayakan di daerah tulangan. Mentimun banyak dibudidayakan pada musim kemarau atau menjelang kemarau untuk musim penghujan jarang menanam mentimun karena menurut petani di daerah tulangan menanam timun di musim penghujan memiliki banyak kendala serta hasilnya kurang maksimal. Menurut para petani pertumbuhan mentimun saat musim hujan cenderung kurang baik dan beresiko mengalami kelayuan serta menyebabkan terjadinya serangan penyakit seperti layu fusarium, layu bakteri dan busuk buah, selain itu juga diperlukan pengaturan drainase dan daerah resapan air yang baik apabila dilakukan budidaya mentimun di musim penghujan. Karena kondisi tanah juga menjadi kendala budidaya tanaman mentimun di beberapa daerah di tulangan, ada sebagian daerah tulangan yang jenis tanahnya alluvial hidromorf yang mana apabila musim penghujan dengan intensitas yang cukup tinggi maka lahan dengan jenis tanah tersebut terjadi genangan, banyak para petani yang tidak tahu cara mengelola hal tersebut.
Pengembangan tanaman mentimun sering mengalami kendala selanjutnya, yaitu dalam hal sifat fisik dan kimia tanah. Tanah yang kurang subur menyebabkan produksi menurun. Untuk itu dalam penanaman perlu dilakukan pengolahan tanah dan penambahan usur hara. Penambahan unsur hara dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk seperti pupuk organic dan anorganik. pemupukan tanaman mentimun di tulangan sidoarjo kebanyakan menggunakan pupuk anorganik dan jarang menggunakan pupuk organic sehingga ada beberapa lahan yang mengalami degradasi karena pengolahan lahan yang salah, akibat pemberian pupuk anorganic yang terus menerus. Pemupukan  dilakukan saat tanam umur 0 – 7 Hst (hari setelah tanam) Pemberian pupuk cair Green Grow dikocor pada pangkal batang tanaman pertanaman, Umur 15 – 25 Hst Urea + TSP + KCL  Perbandingan 2 : 1 : 1, Setelah panen Urea + KCL  Perbandingan 2 : 1, Pupuk susulan yang dikocorkan ini terdiri dari Urea : ZA : SP-36 :  KNO3. Pengendalian hama dan penyakit masih menggunakan pestisida maupun insektisida yang pengukuran dosisnya kurang sesuai.
Kondisi lahan dan iklim di tulangan sidoarjo sudah memenuhi syarat tumbuh tanaman mentimun. Namun, ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas lahan. Seperti drainase dan tempat resapan air, penggunaan pupuk yang sesuai dosis dan berimbang. Melakukan pengolahan lahan secara berkala seperti memberikan masa istirahat pada lahan (bera) melakukan pembenaman hasil panen yang tidak diangkut kedalam tanah dan meminimalisir penggunaan pupuk anorganik agar tidak terjadi degradasi lahan. Para petani di daerah gelang tulangan sudah mulai menerapkan kegiatan pembenaman sisa panen yang tidak terangkut seperti daun batang dan bagian organ tanaman lainnya. Namun, kendala utama yang masih belum diatasi yaitu penggunaan pupuk anorganic dan pestisida kimia yang terus menerus menjadi penyebab penurunan produktivitas lahan. Lahan di tulangan sidoarjo tergolong sesuai S1 (sangat sesuai) karena jenis tanahnya sangat cocok untuk budidaya tanaman mentimun. Sehingga dapat disebut sesuai namun ada beberapa lahan di tulangan yang mengalami degradasi sehingga ksesuaiannya tergolong dalam  S3 (sesuai marginal) karena ada beberapa factor pembatas  yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi lahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

laporan praktikum penetapan kadar air

laporan praktikum tanah PENETPAN TEKSTUR,STRUKTUR, DAN WARNA