SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Gambar
TUGAS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN  DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN Nama kelompok: 1.       Niranda Ristania                   (1625010013) 2.       Siska Dwi Lestari                  (1625010014) Usaha Tani Terpadu “SENIROCEN SAWANGBASAN” 1.1. Pendahuluan  Kerusakan lingkungan yang semkin banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu dampak akibat perbuatan manusia terhadap perubahan keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan terjadonya perubahan iklim yang drastis serta terjadinya berbagai bencana. Usaha pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kerusakan lingkungan . eningkatan penduduk yang begitu besar harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan secara tepat dan cepat. Berbagai usaha terus dikembangkan seiring perminaan produk yang begitu tinggi.   Seiring dengan seruan revolusi hijau dan gerakan swasembada pangan, usaha pertanian dilakukan dengan sangat intensif,





Disusun Oleh :

Niranda Ristania
1625010013

Golongan AA1




FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         LATAR BELAKANG
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yangterdiri dari lapisan-lapisan atau horison-horison yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horisondipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhipembentukan tanah antara lain adalah iklim, organisme (hewan, manusia, danlain-lain), topografi, bahan induk, dan waktu. Manusia menggunakan tanah untuk menggantungkan kebutuhan hidupnya akan sandangdan pangan. Sejak berkembangnya pertanian, tanah digunakan manusia sebagaimedia tumbuh suatu tanaman. Namun, penggunaan tanah atau lahan secara terusmenerus untuk pemenuhan kebutuhan akan dapat berpengaruh terhadappenurunan kualitas tanah.
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient) untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara, maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah adalah factor penting untuk menjaga kelestarian hidup tersebut. Untuk itu, agar dapat menjamin kelestarian tersebut selain memperhatikan kesuburan tanah melainkan harus juga memperhatikan kualitas tanah tersebut. bila usaha menjaga kesuburan tanah hanya  terbatas pada kemampuan tanah mesuplay unsure hara, maka kulitas tanah juga mencakup faktor fisika, kimia dan biologi dengan lebih mendalam serta mempertimbangkan faktor bahan pencemar sebagai kajiannya. Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal tersebut memiliki parameter  masing-masing dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain serta saling mempengaruhi. Setiap parameter memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas tanah dan dapat berpengaruh pada ketersediaan unsure hara, ketersediaan air, keleluasaan akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara tanaman dengan faktor biotic dan abiotik dalam ekosistem. Oleh karena itu dalam mengetahui kualitas tanah serta mengetahui ada tidaknya pencemaran yang terjadi di tanah, maka parameter perlu diketahui untuk dapat melakukan pemeriksaan atau pengujian pada tanah. Dengan menguji kualitas dari setiap parameter tersebut, maka kualitas tanah dapat diketahui secara menyeluruh.
 Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah. Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait dengan kesuburan tanah, sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan tanah, indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan kesuburan tanah.  
1.2  TUJUAN
1.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi sifat fisik tanah terhadap kebutuhan air.
2.      Mahasiswa mengetahui pengaruh sifat biologi terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
3.      Mahasiswa memahami pengaruh sifat fisik, kimia, biologi tanah terhadap pertumbuhan tanaman.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Klasifikasi Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman sayuran yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Tomat merupakan tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Menurut (Lawenga, Hasanah, & Widjajanto, 2015) tanaman tomat merupakan tanaman perdu yang tergolong tanaman semusim yang berumur pendek. Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
Divisi            : Spermatophyta
Subdivisi       : Angiospermae
Kelas             : Dicotyledonae
Ordo             : Tubiflorae
Famili            : Solanaceae
Genus            : Lycopersicum
Spesies          : Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat terdiri atas bagian-bagian akar, batang, daun, dan bunga. Bagian - bagian tubuh tanaman tersebut sangat berperan dalam aktivitas hidup tanaman tomat, seperti penyerapan, respirasi, fotosintesis, pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan. Tanaman tomat merupakan tanaman yang memiliki perakaran tunggang dengan akar samping yang banyak dan dangkal. Batang tanaman tomat bewarna hijau, berbentuk persegi empat hingga bulat serta bagian permukaan batangnya ditumbuhi bulu dan tinggi batang mencapai 2-3 meter (Agromedia, 2007).
Tanaman tomat dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan yang beragam. Untuk menghasilkan produksi yang optimal tanaman tomat membutuhkan lingkungan yang memiliki sistem perairan dan sinar matahari yang cukup. Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah disekitar tanaman menjadi meningkat dan dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Curah hujan yang optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tomat antara 100-120 mm/hujan dengan temperatur ideal antara 25-30°C. untuk proses pembungaan, tanaman tomat membutuhkan temperatur malam hari sekitar 15-20°C (Purwati dan Khairunisa, 2008)

2.2   Parameter Tanah
Parameter tanah, adalah ukuran atau acuan untuk mengetahui atau menilai hasil suatu proses perubahan yang terjadi dalam tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman. Dalam menilai atau membandingkan kualitas tanah, maka setiap parameter tanah harus diketahui, diantaranya parameter sifat kimia, biologi, dan fisika tanah harus diketahui. Semua sifat tersebut akan menentukan apakah tanah tersebut merupakan media tumbuh yang baik. Tanah yang berkualitas baik adalah tanah yang mampu menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, mampu menyediakan air, serta bebas dari unsure pencemar yang dapat menghambat pertumbuhan serta produksi tanaman budidaya serta memberi ruang yang leluasa bagi akar tanaman untuk berkembang.
Sifat tanah baik itu sifat kimia, biologi dan fisika tidak dapat terpisahkan satu sama lain untuk menilai kualitas tanah di suatu tempat. Untuk sifat fisika analisis yang dilakukan adalah tekstur tanah, kadar lengas, dan porositas. Lalu sifat kimia yang dianlisis adalah kadar Nitrogen Total, dan Kadar Bahan Organik. Dan yang terkahir untuk parameter sifat biologinya adalah respirasi mikrobia tanah.
2.3  Sifat Fisik
Sifat fisik tanah berperan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi dan kekuatan tanah sudah lama dikenal sebagai parameter utama dalam menilai keberhasilan teknik pengolahan tanah  Sifat fisika tanah dibentuk oleh empat komponen utama tanah yaitu: partikel-partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Perbandingan keempat komponen tersebut sangat bervariasi berdasarkan jenis tanah, lokasi, dan kedalaman. Sifat fisik tanah terbentuk akibat proses degradasi mineral batuan oleh asam-asam organik-anorganik. Degradasi mineral batuan merupakan proses perubahan permukaan bumi karena terjadi penyingkiran mineral batuan oleh proses fisika, kimia, dan biologi. Proses ini termasuk dalam proses eksogenik yang terdiri dari
pelapukan, erosi, dan pergerakan massa (Afandi, 2005)
2.3.1         Sifat Fisik Tanah Pasir
a. Struktur tanah pasir
Menurut (AAK, 1993) tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
b. Tekstur Tanah Pasir
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986)
c. Porositas Tanah Pasir
Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK, 1993).
2.3.2        Sifat Fisik Tanah Lempung
a. Struktur tanah lempung
Menurut Mahida (1984) menyatakan bahwa tanah liat merupakan percampuran partikel-partikel pasir dan debu dengan bagian-bagian tanah lempung yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tanah  bertekstur liat memiliki struktur butir yang halus,. Ukuran butir-butir lempung (tanah liat) mempunyai ukuran partikel kurang dari 0,002 mm
b. Tekstur Tanah Pasir
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
1.      Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.
2.      Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt).
3.      Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).
Tekstur tanah sangat menentukan reaksi kimia dan fisik yang terjadi dalam tanah, sebab ukuran partikel tanah dapat menentukan luas permukaan tanah. Fraksi pasir dan debu mempunyai aktivitas permukaan rendah, sehingga secara fisik dan kimia dapat dikatakan tidak aktif. Fraksi liat merupakan fraksi yang terpenting karena mempunyai luas permukaan yang tinggi (Foth 1988). Fraksi liat dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Selain itu koloid liat merupakan agen pengikat (cementing agent) yang penting dalam agregasi tanah (Bever 1972).
c. Porositas Tanah Pasir
Menurut Hardjowigeno (2003), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi pula. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granuler mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal. Proporsi antara air dan udara dalam pori-pori tanah tergantung dari kadar air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah maka, semakin rendah pori-pori yang dapat diisi oleh udara atau sebaliknya. Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori-pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman.
2.4  Sifat kimia tanah
Perubahan sifat kimia menyebabkan ketersediaan hara dalam tanah menjadi lebih baik atau berada dalam kategori sedang. Keadaan ini diharapkan memberikan pengaruh yang positif bagi pertumbuhan tanaman (Puslittanak 2000). Perbaikan sifat kimia tanah memberikan petunjuk bahwa jenis dan dosis pupuk yang diberikan dapat menjamin pasokan dan ketersediaan hara bagi tanaman (Masganti et al. 2005).
a.    Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan koloid tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Jika tanah dapat mempertukarkan kation-kation yang terkandung di dalamnya dengan cepat disebut KTK nya tinggi. Kapasitas Kation Tanah yang tinggi akan mempercepat penyerapan bahan organik ke dalam tanaman. Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri diantaranya reaksi tanah, tekstur tanah, bahan organik, penguraian atau pemupukan. Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Kation Tanah tanah pasir berkisar antara 2 - 4 m/g (Sumeru Ashari, 1998). KTK tanah bertekstur liat tinggi karena KTK ditentukan oleh tekstur tanah yang halus karena tekstur halus memiliki kemampuan menjerap yang cukup tinggi, maka tanah bertekstur liat KTK nya tinggi karena teksturnya yang halus. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan (Novizan, 2002).
b.   pH Tanah
Derajat keasaman sangat ditentukan oleh jumlah ion H + yang banyak terdapat pada kompleks liat humus. Tanah pasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya bahan organik (Semeru Ashari, 1998). Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. pH tanah lempung cenderung ber pH asam ataupun netral karena tanah lempung bertekstur liat ini banyak mengandung bahan organic serta mikroorganisme yang tersedia didalam tanah.
c.    Kadar lengas tanah
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Rahmi & Biantary, 2014)
2.5  Sifat Biologi Tanah
          Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme di dalamnyamenyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dan organisme lainnya. didalam tanah terjadi proses-proses yang menghasilkan sifat biologi tanah. Misalnya,adanya cacing tanah akan meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium, sertakalsium dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
          Peranan cacing tanah yang lain berupa lubang yang ditinggalkan di tanah akanmeningkatkan drainase tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah. cacing-cacing mengangkut tanah, mencampur, serta menggumpalkan sejumlah bahanorganik yang belum terombak seperti daun dan rumput yang digunakan sebagaimakanan. selain itu, secara tegas cacing dengan kotoran dan lendir-lendirnya mampu mengikat partikel-partikel tanah menjadi gumpalan tanah yang stabilterutama pada tanah asli (Dian, 2009).
          Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah yang rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. (Margolang et al., 2015)
          Pada tanah lempung kandungan bahan organiknya cukup tinggi karena didukung oleh struktur, tekstur, dan porinya yang kecil mampu menjerap BO kondisi lingkungan yang menguntungkan serta kemampuan menahan air yang cukup kuat, sedangkan Pada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (AAK, 1993).
2.6     Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi (Novizan, 2002)
2.6.1        Pupuk Kompos
Pupuk Kompos adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik yang telah terurai dan menghasilkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Bahan organik adalah unsur yang membentuk tanah, dimana didalamnya terdapat humus (Budi, 2008). Menurut (Effi, 2005) Kompos merupakan hasil pelapukan jaringan atau bahan-bahan tanaman atau limbah organik dan terbentuk dengan adanya campur tangan manusia. Kompos diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organic seperti jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik, dan sampah organik yang terjadi karena perlakuan manusia.Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.
2.6.2        Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa kotoran padat dan cair (air seni/kencing) dengan kandungan zat hara yang berlainan. Kandungan hara dalam pupuk kandang cair relatif banyak. Namun, pupuk kandang cair umumnya jarang digunakan sebab air kencing hewan sulit ditampung (Heru, 2011).
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Soepardi, 1982).
2.7    Siklus Hidrologi
A.    Infiltrasi
Arsyad (2006) mendefinisikan infiltrasi sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Green-Ampt (1911) dalam Rohmat dan Soekarno (2006) mengemukakan bahwa laju infiltrasi merupakan fungsi dari parameter hidraulik tanah, permeabilitas, suction head, dan kelembaban tanah. Parameter-parameter tersebut mempunyai hubungan erat dengan karakteristik fisik tanah.
Kadar Air Tanah Tidak semua kadar air tanah tersedia secara efektif untuk tanaman. Air tersedia biasanya dianggap berkisar antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kapasits lapang, adalah jumlah air yang ditahan dalam tanah sesudah air yang berlebihan di drainase keluar dan kecepatan bergerak kebawah tellah sangat diperlambat. Kapasitas lapang tidak tetap dan dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kandungan bahan organik, keseragaman dan kedalaman lahan. (Guslim, 2008).
B.     Retensi Air Tanah
Retensi air tanah atau kelengasan tanah adalah keadaan yang memberikan volume air (cairan) yang tertahan di dalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat adanya hubungan antara massa air dengan jarah tanah (adesi) dan sesama massa tanah (kohesi). Salah satu hal yang mempengaruhi pasokan air pada tanaman adalah kelengasan tanah dan tetapan lengas tanah yaitu kapasitas lapang. Kapasitas lapang merupakan kandungan air yang tersekap oleh sistem tanah setelah laju gerakan air ke bawah banyak berkurang (Purwowidodo 2002).
Istilah yang digunakan dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman menurut Hardjowigeno (2007), yaitu:
1.    Kapasitas kandungan air maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan besar turun (tanah jenuh air). Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak terus ke bawah (pF=0 atau 0,01 Bar),
2.    Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi (pF 2,7 atau 1/3 Bar),
3.    Air tersedia merupakan banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen (1/3 Bar-15 Bar),
4.    Titik layu permanen merupakan kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu (pF 4,2 atau 15 Bar).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dengan isapan matriks yang rendah antara 0-1 bar, terutama bergantung pada pengaruh kapilaritas, distribusi ukuran pori, dan bergantung pada struktur. Makin besar daya isap tanah, makin besar pengaruh adsorbsi dan makin berkurang pengaruh struktur (makin kering tanah).Yang paling berpengaruh yaitu tekstur dan permukaan spesifik partikel tanah. Keuntungan utama konsep total potensial adalah mendapatkan suatu ukuran yang sama mengenai status energi air tanah dalam berbagai waktu dan tempat dalam hubungan tanah, tanaman, dan atmosfer (Hillel, 1987).
Kapilaritas adalah perrgerakan air dari situs yang berkadar tinggi kesitus yang berkadar air rendah akibat kenaikan energi retensinya, kapilaritas air pada tanah  ini dipengaruhi oleh struktur tanah, Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel- partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis, Struktur tanah berhungan dengan cara dimana partikel pasir, debu, dan liat relative disusun satu sama lain (Dani, 2000)
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, kedalaman solum atau lapisan tanah, iklim dan tumbuhan, senyawa kimiawi, pori tanah, dan permeabilitas tanah.
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara. (Rohmat dan Soekarno, 2006)


 
BAB III
BAHAN DAN METODE
 
3.1    Waktu dan tempat
        Praktikum Kesuburan Tanah dengan acara Formulasi Pupuk dilakukan pada hari Jumaat, 22  Oktober  2018 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Laboratorium Sumber daya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2    Alat dan Bahan
Alat – alat :   Kotak kaca ukuran 40 x 20 x 10 cm, Cetok, Timbangan, Gelas ukur, Nampan plastik, Penggaris. Bahan : Benih tomat varietas Royal 58, Tanah : tanah pasir, tanah lempung, Cacing, Pupuk kandang sapi, Kompos.
3.3         Cara Kerja
Penyemaian Benih Tomat
1.    Menyiapkan media semai dengan mencampur tanah taman dengan kompos rasio volume 2 : 1
2.    Memasukkan kedalam plastik diameter 5cm dengan panjang 50cm
3.    Membasahi media dlm plastik kemudian memotongnya ukuran panjang 5cm
4.    Sirami setiap hari pagi dan sore untuk menjaga kelembabahn sehingga tumbuh baik
Pelaksanaan perlakuan
1.    Menyiapkan tanah dengan mengering anginkan kemudian menumbuk hingga lolos ayak 2mm pada tiap jenis tanah.
2.    Memasukkan tanah kedalam kotak kaca sesuai rancangan
3.    Menjenuhi dengan air dengan mengamati kecepatan aliran air,  volume air yang dibutuhkan dan yang keluar dari lubang bawah kotak kaca serta waktu yang dibutuhkan.
4.    Transplanting bibit tomat yang sudah siap tanam umur 21 hari setelah semai (HSS)
5.    Perawatan setiap 2 hari dengan menyiram tanaman dalam bak penampung dengan mencatat volume air yg ditambahkan
6.    Pengamatan pada  21, 28, 35, 42, 49 HST antara lain :
·         Panjang tanaman
·         Foto pergerakan air pada penambahan air, volume panjang akar, volum air yang keluar pada penampung
                Analisa destruktif pada 49 HST meliputi :
·      Panjang akar dan total tanaman
·      Indeks biomass
 Rancangan Percobaan
    Perlakuan :
1.    Tanah
a.         Lempung (L)
b.        Pasir (P)
2.    Bahan Organik
a.         Pupuk kandang sapi (D)
b.        Kompos (S)
3.      Biota Tanah
a.         Tanpa Cacing (O)
b.        Ada cacing (C)
LDO 1
LDO 2
LDC 1
LDC 2
LSO 1
LSO 2
LSC 1
LSC 2
PDO 1
PDO 2
PDC 1
PDC 2
PSO 1
PSO 2
PSC 1
PSC 2
 
 
 
 
 
 
 










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh berdasarkan perlakuan yang telah diuji mengenai sifat kimia,biologi dan fisika tanah diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 tabel hasil Pengamatan tinggi tanaman dan Volume air yang ditambahkan dalam setiap perlakuan.
No
Perlakuan
Hasil Observasi
Tinggi Tanaman (Cm)
Volume Air Yang Diambahkan Ke Dalam Air (Ml)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

1
LDO1
24
25
27
28
29
140
140
145
150
272

2
LDC3
21.7
22
22.6
23
23.5
800
500
1800
1300
500

3
LSO1
16.5
22.5
26
31
34
650
730
800
920
700

4
LSC3
34.3
36.7
39.2
42.3
45.9
200
200
200
200
200

5
PDO3
33.8
36.2
38
29
30
700
900
1000
1500
1500

6
PDC1
17.5
19.1
30
31
35
900
900
1500
1500
1500

7
PSO2
19
19
20
21
22
450
450
460
480
470

8
PSC1
19.3
19.8
20.7
21.2
22
1000
500
1500
1800
1500

 
Tabel 4.2 tabel hasil  pengamatan Setiap Varieabel pengamatan pada masing-masing
Perlakuan.
No
Perlakuan
Panjang Batang (cm)
Panjang Akar (cm)
BB Batang (g)
BB Akar (g)
BK Batang (g)
BK Akar (g)
KA Batang (%)
KA Akar (%)
1
LDO1
41
7
3
0.4
1.8
0.2
40
50
2
LDC3
42
11
14.6
5
5.7
0.6
60.95
88
3
LSO1
36
7
11.5
2.3
1.9
0.6
83.47
73.91
4
LSC3
45.9
38.8
16
4.6
2.7
0.6
99.87
99.80
5
PDO3
33.4
6.1
7.8
2
0.010
0.009
83.12
70
6
PDC1
44.5
19.3
3.9
4.2
0.01
0.009
99.74
99.78
7
PSO2
23
7.5
4.4
0.309
0.7
0.079
84.09
74.4
8
PSC1
40
9
10.8
4.4
4.9
4.1
54.62
6.81
  
Tabel 4.3 Tabel hasil analisis Koloni Jamur
Perlakuan
Jumlah k1oloni
PDO
1
PSC
1
LSC
1
PDC
2
LSO
2
LDC
2
LDO
3
Kompos
3
PSO
5
Kandang
11

4.2  Pembahasan 
Hasil percobaan yang didapatkan selama pengamatan praktikum Pengaruh sifar fisik, biologi dan kimia tanah terhadap pertumbuhan tanaman, dapat diketahui bahwa dengan perlakuan berbagai perlakuan dicoba yang emipiti tiga factor yaitu tanah (pasir,liat), pupuk ( kompos, kandang) dan Biota (cacing dan tanpa cacing) setiap tanamannya dapat menimbulkan respon pertumbuhan vegetative dan generative yang berbeda pula pada disetiap tanamannya.
A.    Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
1.      Tinggi tanaman
Perlakuan dengan menggunakan tiga factor menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman tersebut. Terbukti dari setiap perlakuan memiliki tinggi yang berbeda-beda, hal tersebut menunjukkan media tanah yang dikendalikan oleh tiga sifat (kimia, biologi dan fisika tanah) mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini dapat dilihat dari grafik hasil pengamatan berikut :

Hasil grafik pengamatan diatas menunjukkan tinggi tanaman tomat, perlakuan LSC3 dengan factor ( liat, kompos, dan menggunakan cacaing) berdampak positif terhadap fase vegetative tanaman terutama pada tinggi tanaman, hal ini dapat dilihat dari nilai regresi hubungan anatar dua variable tersebut dimana r rata-ratanta adalah 63% artinya pengaruh perlakuan tiga factor ini terhadap tinggi tanaman sangat berpengaruh sebesar 63%, terutama pada perlakuan LSC3 yaitu memiliki tinggi rata-rata 39.68 cm, hal ini diduga karena factor yang diberikan pada perlkuan LSC3 mendukung tanaman dalam fase vegetatifnya. Menurut Ode,dkk (2016)Water Holding Capacity pada tanah liat sangat kuat sehingga evaporasi pada tanah liat lebih rendah, karena semakin tinggi WHC maka semakin rendah evaporasi yang terjadi.
Perlakuan ini juga menggunakan factor pupuk yaitu menggunakan Kompos. Pupuk kompos merupakan pupuk dari sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses dekomposisi lebih lanjut oleh mikroorgansime, pupuk kompos ini lebih cepat tersedia atau lebih cepat digunakan dari pada pupuk organic lainnya, karena kompos ini sudah terjadi dekomposisi oleh mikrooganisme. Berdasarkan pendapat ini bahwa jelas pada perlakuan ini dengan menggunakan faktor pupuk kompos lebih baik dari pada pupk kandang. Dan juga kompos dapat menunjang mikroorganime ditanah. Pemberian kompos ke dalam tanah dapat memberikan pengaruh meningkatnya aktivitas mikroorganisme.
Perlakuan PSO2 dengan factor tanah (pasir), pupuk (kompos), biota (tanpa Caing)   memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap tinggi tanaman, karena perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang paling pende dari 5 minggu pengamatan yaitu dengan rata-rata 20.2 cm. Faktor penyebap hal tersebut dapat dijelaskan bahwa kita ligat dahulu, factor tanah yang digunakan dimana pada perlakuan ini menggunakan tanah berpasir. Kita mengetahui tanah berpasair ini memilki pori makro yang sangat besar sehingga kapasitas lapang atau kemampuan mengikat air sangat rendah, sehingga mudah kehialngan hasil hal ini lah yang diduga tanaman pada perlakuan ini memilki tinggi tanaman yang paling rendah, hal ini didukung oleh Menurut Sinulingga & Darmanti (1979) yang mengatakan Kemampuan menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga menjadikan banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Dari penjelasan ini sangat jelas bahwa media tanam dengan pasir mempengaruhi fase vegetative pada tanaman. Pada perlakuan ini juga menggunakan Faktor biota yaitu tanpa cacing, artinya tidak diberikan cacing. Dari factor ini lah salah satu penyebap kedua pada perlakuan ini tinggi tanaman paling rendah, karena biota ( cacing) mempengaruhi pupuk yang diberikan pada factor ini ( kompos) apabila tidak ada cacing maka kompos ini akan lebih lama tersedia pagi tanaman, karena tidak adanya agen decomposer.
Perlakuan LSC3 juga menggunakan factor biota yaitu menggunakan cacing. Dimana penggunakan cacing ini jelas lebih baik dari perlakuan yang tidak menggunakan cacing, karena kita mengetahui lubang yang dibentuk oleh cacing akan membantu memperbaiki aerasi tanah dan struktur tanah agar menjadi lebih gembur. Menurut Margolang (2015) aktivitas biota tanah dapat menyebapkan tersedia atau tidaknya bahan organic tanah,  Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman. Oleh karena itu, jika aktivitas mikroorganiem tanah menurun menyebapka BOT menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
2.      Volume Penambahan Air setiap Perlakuan
Volume penambahan air pada setiap perlakuan digunakan untuk mengetahui besarnya kejadian kehilangan air pada setiap perlakuan, yang berhubungan dengan kapasitas lapang dan evaporasi. Berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan tiga factor tersebut, dapat dilihat dari hubungan grafik dibawah ini :
    Grafik 4.2.hasil penambahan air perminggu dari berbagai perlakuan yang  di uji
Berdasarkan hasil pengamatan dan dari grafik yang telah dibuat diperoleh hasil perlakuan LDO1 memiliki penambahan air yang paling sedikit yaitu dengan rata-rata 169.4 ml, artinya perlakuan ini mampu memberikan ketersedian air lebih banyak dari perlakuan yang lain. Factor yang di duga menyebapkan perlakuan LDO1 memilki penamabahan air paling sedikit adalah karena factor tanah yang digunakan, pada perlakuan ini menggunakan factor tanah yaitu tanah liat. Kita mengetahui bahwa tanah liat memliki kemampuan menahan air yang sangat tinggi karena tanah liat ini memilki pori-pori mikro yang lebih banyak dari pada pori makronya, sehinga air tidak mudah hilang. Hal ini sesuai dengan pendapat lawenga(2015) yang menyatakan tanah yang memiliki tesktur halus (liat) memilki luas permukaan tanah yang lebih besar dari pada tanah besterktur kasar, sehingga semakin luas permukaan tanah maka kemampuan menahan air lebih kuat. Pada perlakuan ini juga menggunakan bahan organic yaitu Pupuk kandang. Factor ini juga merupakn factor yang diduga mengapa pada perlakuan ini penamabahn air paling kecil. Hal tersebut sejalan dengan pendapat erizilina (2018) Bahan organik meningkatkan daya menahan air (water holding capacity) sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air bagi tanaman menjadi lebih banyak, kelengasan air tanah lebih terjaga. porositas tinggi disebabkan apabila bahan bahan organik tinggi.
   Pada perlakuan PSC1 menunjukkan bahwa penambahan air selama perminggu perlakuan ini paling banyak penambahan air yang dilakukan yaitu rata-ratanya sebesar 1.260 ml, artinya perlakuan ini memberikan pengaruh yang kurang baik tentang kemampuan menahan airnya atau WHC nya, adapun factor penyebap pada perlakuan ini penamabahn air sanagt banyak adalah bisa dilihat dari factor tanah, dimana pada perlakuan ini menggunakan factor tanah yaitu pasir. Kita meegetahui bahwa tanah pasir lemah dalam kemampuan menahan air, karena memilki pori makro yang banyak. Menurut   Sinulingga & Darmanti (1979) Tanah pasir kemampuan menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga menjadikan banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Tanah berpasir juga memilki luas permukaan tanah yang kecil sehingga kemampuan menangkap air sanagt rendah, pori pori makro yang bnyak menyebapkan tanah pasir dalam mengikat air sangat rendah, karena proses evaporasi yang meneyabpkan. Semakin rendah WHC maka semakin tinggi evaporasi yang terjadi, sehingga jelas pada perlakuan ini kehilangan air lebih besar.
3.    Panjang batang, akar dan keseluruhan
          Panjang batang, akar dan panjang keseluruhan dalam pratikum formulasi pupuk di ambil setelah pengamatan terakhr dengan melakukan pembongkaran/destruktif tanaman. Dan berikut tampilan grafik dari  pengamatan panjang batang, akar dan panjang keseluruhan  dari berbagai perlakuan yang diuji 

 
          Grafik 4.3.Tabel hasil Panjang batang dan akar pada setiap Perlakuan
 
Berdasarkan Grafik hasil pengataman akhir panjang keseluruhan, panjang akar dan panjang tanaman  yang paling tinggi adalah perlakuan  LSC3, dimana panjang batang yaitu 45.9 cm dan panjang akar 38.8 cm dan panjang keseluruhan 84.7 cm. penyebap atau factor yang diduga penyebap mengapa perlakuan LSC3 memilki panjang batang dan akar serta panjang keseluruhan yang palig tinggi adalah : kita dapat melihat dari sifat fisik tanah nya, dimana pada perlakuan ini menggunakan tanah liat dan bahan organiknya adalah Kompos. Hal ini juga didukung dengan pemberian bahan organic berupa kompos, BOT sangat penting untuk pertumbuhan tanaman hubungan BOT yang diberikan dengan sifat fisk tanahnya.
Pada perlakuan ini pertumbuhan vegeatit nya bagus diduga karena adanya perlakuan Biota tanah berupa perlakuan dengan cacing. Cacing ini merupakan makro fauna yang sangat penting bagi tanah. Menurut Zahara (2015)lubang yang disebapkan oleh cacing dapat memperbaiki struktur tanah karena lubang tanah yang disebapkan oleh cacing akan memperbaiki aerasi tanah, dan memudahkan penetrasi akar tanaman ke daerah yang lebih dalam, lubang cacing juga untuk meratakan beredaran lengas tanah ke bagaian tanah lainya sehingga air atau hara dapat digunakan mudah oleh akar tanaman sehingg akan menyebapkan pertumbuhan tanaman manjadi baik. Sehingga menurut saya dengan adanya cacing ini akan membantu tanah liat yang cendurng kurang porus lebih menjadi porus dengan aktifitas cacing tersbut, sehingga tiga factor yang di uji yaitu tanah, bahan organic dan biota sama sama saling mempengaruhi.
Perlakuan PSO2 mempunyai panjang batang, akar dan panjang keseluruhan yang paling kecil, hal ini dapat diduga kerena penyebap factor fisik dan factor biologi yang diberikan pada perlakuan ini. Pada perlakuan PSO2 menggunakan factor fisik tanah berupa tanah pasir, Tanah pasir kemampuan menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga menjadikan banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Tanah pasir ini memiki WHC yang sangat rendah sehingga evaporasi yang terjadi sangat tinggi, sehingga apabiila sedikt saja tidak melakukan penambahan air, tanaman akan mengalami cekaman kekeringan.
Faktor kedua yang menyebapkan perlakuan ini kurang baik pda fase vegetative tanaman adalah dari biota tanah nya, dimana perlakuan ini tanpa menggunakan cacing, sehingga bahan organic yang diberikan itu akan tidka bisa digunakan tanaman, karena bahan organic perlu di lakukan decomposer terlebih dahulu sehingga pertumbuhan tanaman akar tergangu khusunya fase vegetative tanaman. Menurunnya kadar bahan organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Tinggi rendahnya bahan organik juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah.
4.        Berat basah, berat kering dan Kadar Air batang
      Parameter yang di amati selanjutnya dalam pratikum ini adalah pengamatan berat basah dan berat keringnya, fungsinya untuk mengetahui Kadar air yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel di atas dapat dijelaskan dengan gambar grafik dibawah ini.

 
Grafik 4.4 .Tabel hasil berat basah dan berat kering  pada setiap Perlakuan
 

 
     Grafik 4.5 .Tabel hasil Kadar air Batang pada setiap Perlakuan
 
             Berdasarkan hasil grafik pengamatan  berat basah, berat kerin batang yang menghasilkan kadar air tertinggi adalah  perlakuan LSC3 dengan factor ( liat, kompos, dan menggunakan cacaing) berdampak positif terhadap Parameter terssbut , hal ini dapat dilihat dari nilai hubungan anatar dua variable tersebut dimana r adalah 41 % artinya pengaruh perlakuan tiga factor ini terhadap  berat basah, berat kering batang sangat berpengaruh, dan perlakuan memiliki pengaruh sebesar 94% terhadap kadar air batang terutama pada perlakuan LSC3 yaitu memiliki Kadar air 99.87 % cm, hal ini dapat terjadi karena perlakuan LSC3 faktor pembentuknya mendukung kadar air di tanaman. Karena perlakaun ini menggunakan tanah liat. Sejalan dengan pendapat Ode,dkk (2016)Water Holding Capacity pada tanah liat sangat kuat sehingga evaporasi pada tanah liat lebih rendah, karena semakin tinggi WHC maka semakin rendah evaporasi yang terjadi. Otomatis dari ini proses fotosintesis akan berjalan baik sehingga kadar air dalam tanah tercukupi. Berat basah, berat kering dan Kadar Air akar 
Berikut adalah grafik dari hasil pengamatan berat basah dan berat kering serta kadar air pada akar yang disajikan sebagai berikut :
Grafik 4.6 .Tabel hasil berat basah dan berat kering akar  pada setiap Perlakuan

 
  
 
 
 
 
    Grafik 4.7 .Tabel hasil Kadar air akar pada setiap Perlakuan

 
          Berdasarkan pengamatan dengan grafik yang disajikan sangat jelas bahwa tiga factor yang diuji juga mempengaruh Kadar air akar tanaman yang di hasilkan,  Berdasarkan data yang diperoleh selisih berat basah dan berat kering akar tanaman tomat yang tertinggi adalah perlakuan LSC3 Hal ini sejalan dengan panjang akar, dimana perlakuan ini memiliki panjang akar paling panjang dari perlakuan yang lain. Artinya perlakuan dengan material LSC3 memberikan laju fosotntesis atau fotosintat nya tertinggi pada akar.
             Factor tanah liat yang digunakan pada perlakuan ini menunjang hasil Kadar Air pada akar, kesedian air disekitar tanaman akan mempengaruhi perkembangan akar, air yang cukup perkembangan akar akan bagus begitu juga hasil fotosintstnya. Tanah liat memiliki pori kecil dengan Luas permukaan yang cukup luas sehingga kemapuan menangkap air dan hara sangat bagus, hal ini menujnag ketersedian hara yang dipalikasi dengan bahan oeganik berupa kmpos, sehingga pertumbuhan dan kasil fotosintesis terjadi maksimal, hal ini dapat dilihat dari Kadar Air akar di tanaman, dimana perlakuan ini memiliki kadar air tanaman tertinggi yaitu 99.80%.
             Perlakuan PSC1 memliki Kadar air akar paling rendah, hal ini terntu disebapkan dari factor yang diperlakukan pada perlakuan ini, dimana perlakuan ini menggunakan tanah berpasir. Menurut Zahara (2015) tanah berpasir memiliki ruang makro yang sangat bnyak sehingga air mudah terlepas, dan juga tanah yang berpasir WHC sangat rendah sehingga menyebapkan evaporasi berjaln sangat tinggi. Ini lah alasan penyebap kadar air akar pada perlakuan ini sangat rendah karena air yang ada di akar untuk respirasi untuk mengimbangi kekurangan air yang ada.
5.        Analisis jumlah Mikroogranisme (jamur) pada setiap Perlakuan
   Bahan organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dalam proses dekomposisi, aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh jumlah sumber energi (bahan organik), keadaan lingkungan seperti curah hujan dan suhu, jumlah dan jenis mikroorganisme. Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah juga dipengaruhi oleh keadaan kadar air tanah. Perlakuan dengan menggunakan tiga Faktor yang dicoba memiliki pengaruh terhadap jumlah Mikroba jamur pada tanah, hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini
         Grafik 4.8 .Tabel analisis jumlah mikroorganisme setiap Perlakuan

Berdasarkan grafik jelas bahwa pengaruh tiga factor yang dicoba memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dan aktivitas jamur, dapat dilihat dari nilai r yaitu nilai r nya adalah 92%  , artinya tiga factor yang diuji memiliki pengaruh sebesar 92% terhadap aktivitas dan jumlah jamur. Setelah dilakukan analisi MO diperoleh data bawah perlakuan PSO memiliki jumlah MO yang sangat banyak. Jumlah mikroorgamine yaitu jamur diperlakuan ini paling banyak adalah karena bahan organic yang diberikan. kadar bahan organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Tinggi rendahnya bahan organik juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah. Meningkatnya kegiatan organisme tanah tersebut akan mempercepat dekomposisi bahan organic.
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. Adapun pengaruh bahan organik pada biologi tanah menurut Hakim dkk. (1986), yaitu: (1) jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat (2) kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat. Seperti yang kita ketahui apabila dekomposisi bahan organik meningkat, maka akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme serta dapat meningkatkan respirasi tanah.




















BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
1.    Perlakuan LSC3 perperan penting dalam fase vegetative tanaman terutama pada tinggi tanaman, karena perlakuan ini memberikan pengaruh tinggi tanaman paling tinggi yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 39.68 cm
2.    Perlakuan LDO1 jumlah penambahan airnya yang paling sedikit dengan rata rata penambahan sebesar 169.4 ml, hal ini karena perlakuan ini menggunakan factor tanah liat yang cendrung memilki WHC yang tinggi, karena memiliki ruang pori mikro yang besar.
3.    Perlakuan LSC3 perperan sangat penting dalam laju fotosintesis yang dapat dilihat dari kadar air nya, dimana perlakuan ini memiliki kadar air yang tinggi dari perlakuan lain, baik kadar air batang sebesar 99.87 % dan kadar air akar sebesar 99,80%.
4.    Media kompos memiliki jumlah mikroorganisme yang paling tinggi dari media yang lain, jumlah mikroorganisme yang tinggi akan membantu meningkatkan proses decomposer dan lebih menyediakan hara bagi tanaman, seperti jamur Mi
5.    Berdasarkan grafik menunjukan pengaruh tiga factor yang dicoba memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dan aktivitas jamur, dapat dilihat dari nilai r yaitu nilai r nya adalah 0.92, artinya tiga factor yang diuji memiliki pengaruh sebesar 92% terhadap aktivitas dan jumlah jamur.
 








DAFTAR PUSTAKA
-          AAK. 2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm.
-          Afandi. 2005. Fisika Tanah 1. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm
-          Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.
234hlm.
-          Arsyad. A. 2006. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta
-          Baver, L.D., Gardner, W.H., dan Gardner, W.R. 1972. Soil Physics. New  York: John
Willey and Sons
-          Budi Ardiansyah. 2008. Pengetahuan Tentang Pupuk. Jakarta: Intimedia Cipta
Nusantar. 42hlm.
-          Dani, Or and J. M. Wrath. 2000. Water movement in soil. In M. E. Summer (ed.).
Handbook of Soil Science. CRC Press, Boca Raton-London-New York-Washington D.C. p. A53-A86.
-          Effi Ismawati, 2005. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar
Swadaya . Jakarta. 21hlm.
-          Erizilina, E., Pamoengkas, P., & Darwo, D. (2018). Hubungan Sifat Fisik Dan Kimia
Tanah Dengan Pertumbuhan Meranti Merah Di Khdtk Haurbentes. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 8(2), 216–222. https://doi.org/10.29244/jpsl.8.2.216-222.
-          Foth, H. D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 374 hlm.
-          Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha, 
G.B.Hong, N.H.Balley., 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung.
-          Hardjowigono, H.S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
-          Heru Prihmantoro. 2011. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
6hlm.
-          Hillel, D. 1987. Introduction to Soil Physic. Diterjemahkan oleh Sutanto, R.H. dan
Purnomo, R.H. 1998. Pengantar Fisika Tanah. PT. Mitra Gama Widya. Yogyakarta. 345 hlm.
-          Lawenga,  fira fermila, Hasanah, U., & Widjajanto, D. (2015). PENGARUH
Pemberian Pupuk Organik Terhadap Sifat Fisika Tanah Dan Hasiltanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.)Di Desa Bulupountu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. E.J Agrotekbis, 3(5), 564–570.
-          Margolang, R. D., Sembiring, M., & A. (2015). Karakteristik Beberapa Sifat Fisik,
Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik The. Jurnal Onliine Agroteknologi, 3(2), 717–723.
-          Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agro Media Pustaka
-          Ode, L. A., Bande, S., Hadisutrisno, B., & Somowiyarjo, S. (2016). Korelasi Sifat
Fisik dan Kimia Tanah Dengan Intensitas Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada. Jurnal Litri, 22(2), 63–70.
-          Purwati, E. dan Kharunnisa. 2008. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta. 67 hlm.
-          Rohmat, D., I. Soekarno. 2006. Formulasi Efek Sifat Fisik Tanah terhadap
Permeabilitas dan Suction Head Tanah. Jurnal BIOTURA, Vol. 8 No.1 Maret 2006.
-          Sinulingga, M., & Darmanti, S. (1979). Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir
yang diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. 2010, 32–38.
-          Sumeru Ashari. 1998. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta: Rineka Cipta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESAIN LANDSCAPE LAHAN USAHA TANI TERPADU “SENIROCEN SAWANGBASAN” DENGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

laporan praktikum penetapan kadar air

laporan praktikum tanah PENETPAN TEKSTUR,STRUKTUR, DAN WARNA