Disusun Oleh
:
Niranda
Ristania
1625010013
Golongan AA1
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tanah merupakan
hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yangterdiri dari
lapisan-lapisan atau horison-horison yang berkembang secara genetik.
Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horisondipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhipembentukan tanah antara lain
adalah iklim, organisme (hewan, manusia, danlain-lain), topografi, bahan induk,
dan waktu. Manusia menggunakan tanah untuk menggantungkan kebutuhan hidupnya
akan sandangdan pangan. Sejak berkembangnya pertanian, tanah digunakan manusia
sebagaimedia tumbuh suatu tanaman. Namun, penggunaan tanah atau lahan secara
terusmenerus untuk pemenuhan kebutuhan akan dapat berpengaruh terhadappenurunan
kualitas tanah.
Tanaman
memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient) untuk
memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara,
maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa
disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya
dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar
biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah
atau tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat
berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah
adalah factor penting untuk menjaga kelestarian hidup tersebut. Untuk itu, agar
dapat menjamin kelestarian tersebut selain memperhatikan kesuburan tanah
melainkan harus juga memperhatikan kualitas tanah tersebut. bila usaha menjaga
kesuburan tanah hanya terbatas pada
kemampuan tanah mesuplay unsure hara, maka kulitas tanah juga mencakup faktor
fisika, kimia dan biologi dengan lebih mendalam serta mempertimbangkan faktor
bahan pencemar sebagai kajiannya. Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara
fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal tersebut memiliki parameter masing-masing dan tidak dapat terpisahkan
satu sama lain serta saling mempengaruhi. Setiap parameter memiliki peranan
tersendiri dalam menentukan kualitas tanah dan dapat berpengaruh pada
ketersediaan unsure hara, ketersediaan air, keleluasaan akar untuk tumbuh, dan
reaksi serta interaksi antara tanaman dengan faktor biotic dan abiotik dalam
ekosistem. Oleh karena itu dalam mengetahui kualitas tanah serta mengetahui ada
tidaknya pencemaran yang terjadi di tanah, maka parameter perlu diketahui untuk
dapat melakukan pemeriksaan atau pengujian pada tanah. Dengan menguji kualitas
dari setiap parameter tersebut, maka kualitas tanah dapat diketahui secara
menyeluruh.
Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa
tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro
primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan
tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro
primer (N, P dan K) dalam tanah. Pembuatan
makalah ini dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait dengan kesuburan
tanah, sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan
tanah, indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan
kesuburan tanah.
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi sifat fisik tanah terhadap kebutuhan air.
2. Mahasiswa
mengetahui pengaruh sifat biologi terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
3. Mahasiswa
memahami pengaruh sifat fisik, kimia, biologi tanah terhadap pertumbuhan
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Tomat
Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman sayuran yang berperan penting
dalam pemenuhan gizi masyarakat. Tomat merupakan tumbuhan asli Amerika Tengah
dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Menurut (Lawenga,
Hasanah, & Widjajanto, 2015) tanaman tomat merupakan tanaman perdu
yang tergolong tanaman semusim yang berumur pendek. Klasifikasi tanaman tomat
adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Tubiflorae
Famili :
Solanaceae
Genus :
Lycopersicum
Spesies :
Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman
tomat terdiri atas bagian-bagian akar, batang, daun, dan bunga. Bagian - bagian
tubuh tanaman tersebut sangat berperan dalam aktivitas hidup tanaman tomat,
seperti penyerapan, respirasi, fotosintesis, pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan.
Tanaman tomat merupakan tanaman yang memiliki perakaran tunggang dengan akar
samping yang banyak dan dangkal. Batang tanaman tomat bewarna hijau, berbentuk
persegi empat hingga bulat serta bagian permukaan batangnya ditumbuhi bulu dan
tinggi batang mencapai 2-3 meter (Agromedia, 2007).
Tanaman
tomat dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan yang beragam. Untuk
menghasilkan produksi yang optimal tanaman tomat membutuhkan lingkungan yang
memiliki sistem perairan dan sinar matahari yang cukup. Pengairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah disekitar tanaman menjadi
meningkat dan dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Curah hujan
yang optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tomat antara 100-120
mm/hujan dengan temperatur ideal antara 25-30°C. untuk proses pembungaan,
tanaman tomat membutuhkan temperatur malam hari sekitar 15-20°C (Purwati dan
Khairunisa, 2008)
2.2 Parameter Tanah
Parameter tanah, adalah ukuran atau acuan untuk
mengetahui atau menilai hasil suatu proses perubahan yang terjadi dalam tanah
sebagai medium pertumbuhan tanaman. Dalam menilai atau membandingkan kualitas
tanah, maka setiap parameter tanah harus diketahui, diantaranya parameter sifat
kimia, biologi, dan fisika tanah harus diketahui. Semua sifat tersebut akan
menentukan apakah tanah tersebut merupakan media tumbuh yang baik. Tanah yang
berkualitas baik adalah tanah yang mampu menyediakan hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, mampu menyediakan air, serta bebas dari unsure pencemar yang dapat
menghambat pertumbuhan serta produksi tanaman budidaya serta memberi ruang yang
leluasa bagi akar tanaman untuk berkembang.
Sifat tanah baik itu sifat kimia, biologi dan fisika
tidak dapat terpisahkan satu sama lain untuk menilai kualitas tanah di suatu
tempat. Untuk sifat fisika analisis yang dilakukan adalah tekstur tanah, kadar
lengas, dan porositas. Lalu sifat kimia yang dianlisis adalah kadar Nitrogen
Total, dan Kadar Bahan Organik. Dan yang terkahir untuk parameter sifat
biologinya adalah respirasi mikrobia tanah.
2.3 Sifat Fisik
Sifat fisik tanah berperan penting
dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi
dan kekuatan tanah sudah lama dikenal sebagai parameter utama dalam menilai
keberhasilan teknik pengolahan tanah
Sifat fisika tanah dibentuk oleh empat komponen utama tanah yaitu:
partikel-partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Perbandingan keempat
komponen tersebut sangat bervariasi berdasarkan jenis tanah, lokasi, dan kedalaman.
Sifat fisik tanah terbentuk akibat proses degradasi mineral batuan oleh
asam-asam organik-anorganik. Degradasi mineral batuan merupakan proses
perubahan permukaan bumi karena terjadi penyingkiran mineral batuan oleh proses
fisika, kimia, dan biologi. Proses ini termasuk dalam proses eksogenik yang
terdiri dari
pelapukan, erosi, dan pergerakan
massa (Afandi, 2005)
2.3.1
Sifat
Fisik Tanah Pasir
a.
Struktur tanah pasir
Menurut (AAK, 1993) tanah berpasir memiliki
struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa
adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
b.
Tekstur Tanah Pasir
Tekstur tanah pasir adalah kasar,
karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat
kurang dari 2% (AAK, 1993). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih
besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh
karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih
sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang
aktif (Hakim Nurhajati, 1986)
c.
Porositas Tanah Pasir
Porositas tanah pasir bisa mencapai
lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan
air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah
terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan
pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK, 1993).
2.3.2
Sifat
Fisik Tanah Lempung
a.
Struktur tanah lempung
Menurut
Mahida (1984) menyatakan bahwa tanah liat merupakan
percampuran partikel-partikel pasir dan debu dengan bagian-bagian tanah lempung
yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tanah bertekstur liat memiliki struktur butir yang
halus,. Ukuran butir-butir lempung (tanah liat) mempunyai ukuran partikel kurang dari
0,002 mm
b. Tekstur Tanah Pasir
Tanah bertekstur sedang atau tanah
berlempung, terdiri dari:
1. Tanah
bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung
berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.
2. Tanah
bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus,
lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt).
3. Tanah
bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay loam), lempung
liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).
Tekstur tanah sangat menentukan
reaksi kimia dan fisik yang terjadi dalam tanah, sebab ukuran partikel tanah
dapat menentukan luas permukaan tanah. Fraksi pasir dan debu mempunyai
aktivitas permukaan rendah, sehingga secara fisik dan kimia dapat dikatakan
tidak aktif. Fraksi liat merupakan fraksi yang terpenting karena mempunyai luas
permukaan yang tinggi (Foth 1988). Fraksi liat dapat meningkatkan kapasitas
pertukaran kation. Selain itu koloid liat merupakan agen pengikat (cementing
agent) yang penting dalam agregasi tanah (Bever 1972).
c. Porositas Tanah Pasir
Menurut Hardjowigeno (2003),
porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur
tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi pula. Tanah-tanah dengan
struktur remah atau granuler mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada
tanah-tanah yang berstruktur pejal. Proporsi antara air dan udara dalam
pori-pori tanah tergantung dari kadar air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah
maka, semakin rendah pori-pori yang dapat diisi oleh udara atau sebaliknya.
Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori-pori yang
dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air
bagi tanaman.
2.4 Sifat kimia tanah
Perubahan
sifat kimia menyebabkan ketersediaan hara dalam tanah menjadi lebih baik atau
berada dalam kategori sedang. Keadaan ini diharapkan memberikan pengaruh yang
positif bagi pertumbuhan tanaman (Puslittanak 2000). Perbaikan sifat kimia
tanah memberikan petunjuk bahwa jenis dan dosis pupuk yang diberikan dapat
menjamin pasokan dan ketersediaan hara bagi tanaman (Masganti et al. 2005).
a. Kapasitas
Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation tanah dapat didefinisikan sebagai
kemampuan koloid tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Jika tanah
dapat mempertukarkan kation-kation yang terkandung di dalamnya dengan cepat
disebut KTK nya tinggi. Kapasitas Kation Tanah yang tinggi akan mempercepat
penyerapan bahan organik ke dalam tanaman. Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh
sifat dan ciri tanah itu sendiri diantaranya reaksi tanah, tekstur tanah, bahan
organik, penguraian atau pemupukan. Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan
dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan
liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Kation Tanah tanah pasir berkisar
antara 2 - 4 m/g (Sumeru Ashari, 1998). KTK tanah bertekstur liat tinggi karena
KTK ditentukan oleh tekstur tanah yang halus karena tekstur halus memiliki
kemampuan menjerap yang cukup tinggi, maka tanah bertekstur liat KTK nya tinggi
karena teksturnya yang halus. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan
pemupukan (Novizan, 2002).
b. pH
Tanah
Derajat keasaman sangat ditentukan oleh jumlah ion H +
yang banyak terdapat pada kompleks liat humus. Tanah pasir di daerah pantai
cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya
partikel liat serta kurangnya bahan organik (Semeru Ashari, 1998). Kelebihan
garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan
tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. pH
tanah lempung cenderung ber pH asam ataupun netral karena tanah lempung
bertekstur liat ini banyak mengandung bahan organic serta mikroorganisme yang
tersedia didalam tanah.
c. Kadar
lengas tanah
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture)
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah
dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air
dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil
moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air
tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap
air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang
berada ditanah bagian dalam (Rahmi & Biantary, 2014)
2.5 Sifat
Biologi Tanah
Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme di dalamnyamenyediakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dan organisme lainnya. didalam tanah
terjadi proses-proses yang menghasilkan sifat biologi tanah.
Misalnya,adanya cacing tanah akan meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium, sertakalsium
dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Peranan
cacing tanah yang lain berupa lubang yang ditinggalkan di tanah
akanmeningkatkan drainase tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah. cacing-cacing mengangkut tanah, mencampur, serta menggumpalkan sejumlah bahanorganik
yang belum terombak seperti daun dan rumput yang digunakan sebagaimakanan. selain itu, secara tegas cacing dengan kotoran dan lendir-lendirnya
mampu mengikat partikel-partikel tanah menjadi gumpalan tanah yang stabilterutama
pada tanah asli (Dian, 2009).
Bahan
organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung
tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan
salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan
masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah-tanah yang rusak yang jumlah maupun
intensitasnya meningkat. (Margolang et al., 2015)
Pada tanah
lempung kandungan bahan organiknya cukup tinggi karena didukung oleh struktur,
tekstur, dan porinya yang kecil mampu menjerap BO kondisi lingkungan yang
menguntungkan serta kemampuan menahan air yang cukup kuat, sedangkan Pada tanah
pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi
berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena kondisi
lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang
tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu
yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat rendah. Hal ini
menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (AAK, 1993).
2.6 Pupuk Organik
Pupuk
organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis
unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik
pupuk ini termasuk tinggi (Novizan, 2002)
2.6.1
Pupuk Kompos
Pupuk Kompos adalah pupuk yang
berasal dari bahan-bahan organik yang telah terurai dan menghasilkan
bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Bahan organik adalah unsur yang
membentuk tanah, dimana didalamnya terdapat humus (Budi, 2008). Menurut (Effi,
2005) Kompos merupakan hasil pelapukan jaringan atau bahan-bahan tanaman atau
limbah organik dan terbentuk dengan adanya campur tangan manusia. Kompos
diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organic seperti
jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolahan pabrik,
dan sampah organik yang terjadi karena perlakuan manusia.Kompos adalah hasil
pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme
pengurai.
2.6.2
Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan
sapi. Kotoran tersebut dapat berupa kotoran padat dan cair (air seni/kencing)
dengan kandungan zat hara yang berlainan. Kandungan hara dalam pupuk kandang
cair relatif banyak. Namun, pupuk kandang cair umumnya jarang digunakan sebab
air kencing hewan sulit ditampung (Heru, 2011).
Pemberian pupuk kandang selain
dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik
tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara
lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya
pegang air (Soepardi, 1982).
2.7 Siklus
Hidrologi
A. Infiltrasi
Arsyad
(2006) mendefinisikan infiltrasi sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah,
yang umumnya (tetapi tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertikal. Jika
cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam
profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi.
Green-Ampt (1911) dalam Rohmat dan Soekarno (2006) mengemukakan bahwa laju
infiltrasi merupakan fungsi dari parameter hidraulik tanah, permeabilitas,
suction head, dan kelembaban tanah. Parameter-parameter tersebut mempunyai
hubungan erat dengan karakteristik fisik tanah.
Kadar Air Tanah Tidak semua kadar air tanah tersedia
secara efektif untuk tanaman. Air tersedia biasanya dianggap berkisar antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kapasits lapang, adalah jumlah air
yang ditahan dalam tanah sesudah air yang berlebihan di drainase keluar dan
kecepatan bergerak kebawah tellah sangat diperlambat. Kapasitas lapang tidak
tetap dan dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kandungan bahan organik, keseragaman
dan kedalaman lahan. (Guslim, 2008).
B. Retensi
Air Tanah
Retensi
air tanah atau kelengasan tanah adalah keadaan yang memberikan volume air
(cairan) yang tertahan di dalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat adanya
hubungan antara massa air dengan jarah tanah (adesi) dan sesama massa tanah
(kohesi). Salah satu hal yang mempengaruhi pasokan air pada tanaman adalah
kelengasan tanah dan tetapan lengas tanah yaitu kapasitas lapang. Kapasitas
lapang merupakan kandungan air yang tersekap oleh sistem tanah setelah laju
gerakan air ke bawah banyak berkurang (Purwowidodo 2002).
Istilah
yang digunakan dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman menurut
Hardjowigeno (2007), yaitu:
1.
Kapasitas
kandungan air maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh
tanah setelah hujan besar turun (tanah jenuh air). Jika terjadi penambahan air
lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak terus ke bawah
(pF=0 atau 0,01 Bar),
2.
Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi (pF 2,7
atau 1/3 Bar),
3.
Air
tersedia merupakan banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih
antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu
permanen (1/3 Bar-15 Bar),
4.
Titik
layu permanen merupakan kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai
tidak mampu menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu (pF 4,2 atau
15 Bar).
Jumlah air yang
ditahan oleh tanah dengan isapan matriks yang rendah antara 0-1 bar, terutama
bergantung pada pengaruh kapilaritas, distribusi ukuran pori, dan bergantung
pada struktur. Makin besar daya isap tanah, makin besar pengaruh adsorbsi dan
makin berkurang pengaruh struktur (makin kering tanah).Yang paling berpengaruh
yaitu tekstur dan permukaan spesifik partikel tanah. Keuntungan utama konsep
total potensial adalah mendapatkan suatu ukuran yang sama mengenai status
energi air tanah dalam berbagai waktu dan tempat dalam hubungan tanah, tanaman,
dan atmosfer (Hillel, 1987).
Kapilaritas adalah
perrgerakan air dari situs yang berkadar tinggi kesitus yang berkadar air
rendah akibat kenaikan energi retensinya, kapilaritas air pada tanah ini dipengaruhi oleh struktur tanah, Struktur tanah
merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil
proses pedogenesis, Struktur tanah berhungan dengan cara dimana partikel pasir,
debu, dan liat relative disusun satu sama lain (Dani, 2000)
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab
yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan
ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori
total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu
terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air
maupun udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah
tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, kedalaman solum atau lapisan tanah,
iklim dan tumbuhan, senyawa kimiawi, pori tanah, dan permeabilitas tanah.
Kapasitas lapang
adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat
ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Tinggi rendahnya
kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada
setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori total pada tanah berpasir
semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang
besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara. (Rohmat dan
Soekarno, 2006)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Kesuburan Tanah dengan acara Formulasi Pupuk dilakukan pada hari Jumaat, 22 Oktober 2018 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Laboratorium Sumber daya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
Alat – alat : Kotak kaca ukuran 40 x 20 x 10 cm, Cetok, Timbangan,
Gelas ukur, Nampan plastik, Penggaris.
Bahan : Benih tomat varietas
Royal 58, Tanah : tanah
pasir, tanah lempung, Cacing, Pupuk kandang sapi, Kompos.
3.3
Cara Kerja
Penyemaian Benih Tomat
1. Menyiapkan media semai dengan mencampur tanah taman
dengan kompos rasio volume 2 : 1
2. Memasukkan
kedalam plastik diameter 5cm dengan panjang 50cm
3. Membasahi media dlm plastik kemudian memotongnya ukuran
panjang 5cm
4. Sirami setiap hari pagi dan sore untuk menjaga
kelembabahn sehingga tumbuh baik
Pelaksanaan perlakuan
1. Menyiapkan tanah dengan mengering anginkan kemudian
menumbuk hingga lolos ayak 2mm pada tiap jenis tanah.
2. Memasukkan tanah kedalam kotak kaca sesuai rancangan
3. Menjenuhi dengan air dengan mengamati kecepatan aliran
air, volume air yang dibutuhkan dan yang
keluar dari lubang bawah kotak kaca serta waktu yang dibutuhkan.
4. Transplanting bibit tomat yang sudah siap tanam umur 21
hari setelah semai (HSS)
5. Perawatan setiap 2 hari dengan menyiram tanaman dalam
bak penampung dengan mencatat volume air yg ditambahkan
6. Pengamatan pada
21, 28, 35, 42, 49 HST antara lain :
·
Panjang
tanaman
·
Foto
pergerakan air pada penambahan air, volume panjang akar, volum air yang keluar
pada penampung
Analisa destruktif pada 49 HST meliputi :
·
Panjang
akar dan total tanaman
·
Indeks
biomass
Rancangan Percobaan
Perlakuan
:
1.
Tanah
a.
Lempung
(L)
b.
Pasir
(P)
2.
Bahan Organik
a.
Pupuk
kandang sapi (D)
b.
Kompos
(S)
3.
Biota Tanah
a.
Tanpa
Cacing (O)
b.
Ada
cacing (C)
LDO
1
|
LDO
2
|
LDC
1
|
LDC
2
|
LSO
1
|
LSO
2
|
LSC
1
|
LSC
2
|
PDO
1
|
PDO
2
|
PDC
1
|
PDC
2
|
PSO
1
|
PSO
2
|
PSC
1
|
PSC
2
|
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan yang diperoleh berdasarkan perlakuan yang telah diuji mengenai sifat
kimia,biologi dan fisika tanah diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 tabel hasil Pengamatan tinggi tanaman dan Volume air yang ditambahkan dalam setiap perlakuan.
No
|
Perlakuan
|
Hasil Observasi
|
Tinggi Tanaman (Cm)
|
Volume Air Yang Diambahkan Ke Dalam Air (Ml)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
LDO1
|
24
|
25
|
27
|
28
|
29
|
140
|
140
|
145
|
150
|
272
|
|
2
|
LDC3
|
21.7
|
22
|
22.6
|
23
|
23.5
|
800
|
500
|
1800
|
1300
|
500
|
|
3
|
LSO1
|
16.5
|
22.5
|
26
|
31
|
34
|
650
|
730
|
800
|
920
|
700
|
|
4
|
LSC3
|
34.3
|
36.7
|
39.2
|
42.3
|
45.9
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
|
5
|
PDO3
|
33.8
|
36.2
|
38
|
29
|
30
|
700
|
900
|
1000
|
1500
|
1500
|
|
6
|
PDC1
|
17.5
|
19.1
|
30
|
31
|
35
|
900
|
900
|
1500
|
1500
|
1500
|
|
7
|
PSO2
|
19
|
19
|
20
|
21
|
22
|
450
|
450
|
460
|
480
|
470
|
|
8
|
PSC1
|
19.3
|
19.8
|
20.7
|
21.2
|
22
|
1000
|
500
|
1500
|
1800
|
1500
|
|
Tabel 4.2 tabel hasil pengamatan Setiap Varieabel pengamatan pada masing-masing
Perlakuan.
No
|
Perlakuan
|
Panjang Batang (cm)
|
Panjang Akar (cm)
|
BB Batang (g)
|
BB Akar (g)
|
BK Batang (g)
|
BK Akar (g)
|
KA Batang (%)
|
KA Akar (%)
|
1
|
LDO1
|
41
|
7
|
3
|
0.4
|
1.8
|
0.2
|
40
|
50
|
2
|
LDC3
|
42
|
11
|
14.6
|
5
|
5.7
|
0.6
|
60.95
|
88
|
3
|
LSO1
|
36
|
7
|
11.5
|
2.3
|
1.9
|
0.6
|
83.47
|
73.91
|
4
|
LSC3
|
45.9
|
38.8
|
16
|
4.6
|
2.7
|
0.6
|
99.87
|
99.80
|
5
|
PDO3
|
33.4
|
6.1
|
7.8
|
2
|
0.010
|
0.009
|
83.12
|
70
|
6
|
PDC1
|
44.5
|
19.3
|
3.9
|
4.2
|
0.01
|
0.009
|
99.74
|
99.78
|
7
|
PSO2
|
23
|
7.5
|
4.4
|
0.309
|
0.7
|
0.079
|
84.09
|
74.4
|
8
|
PSC1
|
40
|
9
|
10.8
|
4.4
|
4.9
|
4.1
|
54.62
|
6.81
|
Tabel
4.3 Tabel hasil analisis Koloni Jamur
Perlakuan
|
Jumlah k1oloni
|
PDO
|
1
|
PSC
|
1
|
LSC
|
1
|
PDC
|
2
|
LSO
|
2
|
LDC
|
2
|
LDO
|
3
|
Kompos
|
3
|
PSO
|
5
|
Kandang
|
11
|
4.2 Pembahasan
Hasil percobaan yang didapatkan
selama pengamatan praktikum Pengaruh sifar fisik, biologi dan kimia tanah
terhadap pertumbuhan tanaman, dapat diketahui bahwa dengan perlakuan berbagai
perlakuan dicoba yang emipiti tiga factor yaitu tanah (pasir,liat), pupuk (
kompos, kandang) dan Biota (cacing dan tanpa cacing) setiap tanamannya dapat
menimbulkan respon pertumbuhan vegetative dan generative yang berbeda pula pada
disetiap tanamannya.
A.
Respon
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
1.
Tinggi
tanaman
Perlakuan dengan
menggunakan tiga factor menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memberikan
pengaruh terhadap tinggi tanaman tersebut. Terbukti dari setiap perlakuan
memiliki tinggi yang berbeda-beda, hal tersebut menunjukkan media tanah yang
dikendalikan oleh tiga sifat (kimia, biologi dan fisika tanah) mempengaruhi
pertumbuhan tanaman ini dapat dilihat dari grafik hasil pengamatan berikut :
Hasil
grafik pengamatan diatas menunjukkan tinggi tanaman tomat, perlakuan LSC3
dengan factor ( liat, kompos, dan menggunakan cacaing) berdampak positif
terhadap fase vegetative tanaman terutama pada tinggi tanaman, hal ini dapat
dilihat dari nilai regresi hubungan anatar dua variable tersebut dimana r
rata-ratanta adalah 63% artinya pengaruh perlakuan tiga factor ini terhadap
tinggi tanaman sangat berpengaruh sebesar 63%, terutama pada perlakuan LSC3 yaitu memiliki tinggi rata-rata 39.68 cm, hal ini diduga
karena factor yang diberikan pada perlkuan LSC3 mendukung tanaman dalam fase
vegetatifnya. Menurut Ode,dkk
(2016)Water Holding Capacity pada tanah liat sangat kuat sehingga evaporasi pada tanah liat
lebih rendah, karena semakin tinggi WHC maka semakin rendah evaporasi yang
terjadi.
Perlakuan ini juga menggunakan
factor pupuk yaitu menggunakan Kompos. Pupuk kompos merupakan pupuk dari
sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses dekomposisi lebih lanjut oleh
mikroorgansime, pupuk kompos ini lebih cepat tersedia atau lebih cepat
digunakan dari pada pupuk organic lainnya, karena kompos ini sudah terjadi
dekomposisi oleh mikrooganisme. Berdasarkan pendapat ini bahwa jelas pada
perlakuan ini dengan menggunakan faktor pupuk kompos lebih baik dari pada pupk
kandang. Dan juga kompos dapat menunjang mikroorganime ditanah. Pemberian
kompos ke dalam tanah dapat memberikan pengaruh meningkatnya aktivitas
mikroorganisme.
Perlakuan
PSO2 dengan factor
tanah (pasir), pupuk (kompos), biota (tanpa Caing) memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap tinggi tanaman, karena perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang
paling pende dari 5 minggu pengamatan yaitu dengan rata-rata 20.2 cm. Faktor
penyebap hal tersebut dapat dijelaskan bahwa kita ligat dahulu, factor tanah
yang digunakan dimana pada perlakuan ini menggunakan tanah berpasir. Kita
mengetahui tanah berpasair ini memilki pori makro yang sangat besar sehingga
kapasitas lapang atau kemampuan mengikat air sangat rendah, sehingga mudah
kehialngan hasil hal ini lah yang diduga tanaman pada perlakuan ini memilki
tinggi tanaman yang paling rendah, hal ini didukung oleh Menurut Sinulingga & Darmanti (1979) yang mengatakan
Kemampuan menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga
menjadikan banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Dari
penjelasan ini sangat jelas bahwa media tanam dengan pasir mempengaruhi fase
vegetative pada tanaman. Pada perlakuan ini juga menggunakan Faktor biota yaitu
tanpa cacing, artinya tidak diberikan cacing. Dari factor ini lah salah satu
penyebap kedua pada perlakuan ini tinggi tanaman paling rendah, karena biota (
cacing) mempengaruhi pupuk yang diberikan pada factor ini ( kompos) apabila
tidak ada cacing maka kompos ini akan lebih lama tersedia pagi tanaman, karena
tidak adanya agen decomposer.
Perlakuan LSC3
juga menggunakan factor biota yaitu menggunakan cacing. Dimana penggunakan
cacing ini jelas lebih baik dari perlakuan yang tidak menggunakan cacing,
karena kita mengetahui lubang yang dibentuk oleh cacing akan membantu
memperbaiki aerasi tanah dan struktur tanah agar menjadi lebih gembur. Menurut Margolang (2015) aktivitas biota
tanah dapat menyebapkan tersedia atau tidaknya bahan organic tanah, Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman. Oleh karena itu, jika
aktivitas mikroorganiem tanah menurun menyebapka BOT menurun, kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
2.
Volume Penambahan Air setiap
Perlakuan
Volume penambahan air pada setiap
perlakuan digunakan untuk mengetahui besarnya kejadian kehilangan air pada
setiap perlakuan, yang berhubungan dengan kapasitas lapang dan evaporasi.
Berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan tiga factor tersebut, dapat dilihat
dari hubungan grafik dibawah ini :
Grafik 4.2.hasil penambahan air perminggu dari berbagai perlakuan yang di uji
Berdasarkan
hasil pengamatan dan dari grafik yang telah dibuat diperoleh hasil perlakuan LDO1
memiliki penambahan air yang paling sedikit yaitu dengan rata-rata 169.4 ml,
artinya perlakuan ini mampu memberikan ketersedian air lebih banyak dari
perlakuan yang lain. Factor yang di duga menyebapkan perlakuan LDO1 memilki
penamabahan air paling sedikit adalah karena factor tanah yang digunakan, pada
perlakuan ini menggunakan factor tanah yaitu tanah liat. Kita mengetahui bahwa
tanah liat memliki kemampuan menahan air yang sangat tinggi karena tanah liat
ini memilki pori-pori mikro yang lebih banyak dari pada pori makronya, sehinga
air tidak mudah hilang. Hal ini sesuai dengan pendapat lawenga(2015) yang menyatakan tanah yang
memiliki tesktur halus (liat) memilki luas permukaan tanah yang lebih besar
dari pada tanah besterktur kasar, sehingga semakin luas permukaan tanah maka
kemampuan menahan air lebih kuat. Pada
perlakuan ini juga menggunakan bahan organic yaitu Pupuk kandang. Factor ini
juga merupakn factor yang diduga mengapa pada perlakuan ini penamabahn air
paling kecil. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat erizilina (2018) Bahan organik
meningkatkan daya menahan air (water holding capacity) sehingga kemampuan tanah
untuk menyediakan air bagi tanaman menjadi lebih banyak, kelengasan air tanah
lebih terjaga. porositas tinggi disebabkan apabila bahan bahan organik tinggi.
Pada
perlakuan PSC1
menunjukkan bahwa penambahan air selama perminggu perlakuan ini paling banyak
penambahan air yang dilakukan yaitu rata-ratanya sebesar 1.260 ml, artinya
perlakuan ini memberikan pengaruh yang kurang baik tentang kemampuan menahan
airnya atau WHC nya, adapun factor penyebap pada perlakuan ini penamabahn air
sanagt banyak adalah bisa dilihat dari factor tanah, dimana pada perlakuan ini
menggunakan factor tanah yaitu pasir. Kita meegetahui bahwa tanah pasir lemah
dalam kemampuan menahan air, karena memilki pori makro yang banyak. Menurut Sinulingga & Darmanti (1979) Tanah pasir kemampuan
menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga menjadikan
banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Tanah berpasir
juga memilki luas permukaan tanah yang kecil sehingga kemampuan menangkap air
sanagt rendah, pori pori makro yang bnyak menyebapkan tanah pasir dalam
mengikat air sangat rendah, karena proses evaporasi yang meneyabpkan. Semakin
rendah WHC maka semakin tinggi evaporasi yang terjadi, sehingga jelas pada
perlakuan ini kehilangan air lebih besar.
3. Panjang batang, akar dan keseluruhan
Panjang batang, akar dan panjang keseluruhan dalam pratikum formulasi pupuk di ambil setelah pengamatan terakhr dengan melakukan pembongkaran/destruktif tanaman. Dan berikut tampilan grafik dari pengamatan panjang batang, akar dan panjang keseluruhan dari berbagai perlakuan yang diuji
Grafik 4.3.Tabel hasil Panjang batang dan akar pada setiap Perlakuan
Berdasarkan Grafik hasil pengataman akhir panjang keseluruhan, panjang akar dan panjang tanaman yang paling tinggi adalah perlakuan LSC3, dimana panjang batang yaitu 45.9 cm dan panjang akar 38.8 cm dan panjang keseluruhan 84.7 cm. penyebap atau factor yang diduga penyebap mengapa perlakuan LSC3 memilki panjang batang dan akar serta panjang keseluruhan yang palig tinggi adalah : kita dapat melihat dari sifat fisik tanah nya, dimana pada perlakuan ini menggunakan tanah liat dan bahan organiknya adalah Kompos. Hal ini juga didukung dengan pemberian bahan organic berupa kompos, BOT sangat penting untuk pertumbuhan tanaman hubungan BOT yang diberikan dengan sifat fisk tanahnya.
Pada perlakuan ini pertumbuhan vegeatit nya bagus diduga karena adanya perlakuan Biota tanah berupa perlakuan dengan cacing. Cacing ini merupakan makro fauna yang sangat penting bagi tanah. Menurut Zahara (2015)lubang yang disebapkan oleh cacing dapat memperbaiki struktur tanah karena lubang tanah yang disebapkan oleh cacing akan memperbaiki aerasi tanah, dan memudahkan penetrasi akar tanaman ke daerah yang lebih dalam, lubang cacing juga untuk meratakan beredaran lengas tanah ke bagaian tanah lainya sehingga air atau hara dapat digunakan mudah oleh akar tanaman sehingg akan menyebapkan pertumbuhan tanaman manjadi baik. Sehingga menurut saya dengan adanya cacing ini akan membantu tanah liat yang cendurng kurang porus lebih menjadi porus dengan aktifitas cacing tersbut, sehingga tiga factor yang di uji yaitu tanah, bahan organic dan biota sama sama saling mempengaruhi.
Perlakuan PSO2 mempunyai panjang batang, akar dan panjang keseluruhan yang paling kecil, hal ini dapat diduga kerena penyebap factor fisik dan factor biologi yang diberikan pada perlakuan ini. Pada perlakuan PSO2 menggunakan factor fisik tanah berupa tanah pasir, Tanah pasir kemampuan menahan air rendah atau water holding capacity pada tanah pasir juga menjadikan banyak unsure hara terlarut hilang lewat pencucian (leaching). Tanah pasir ini memiki WHC yang sangat rendah sehingga evaporasi yang terjadi sangat tinggi, sehingga apabiila sedikt saja tidak melakukan penambahan air, tanaman akan mengalami cekaman kekeringan.
Faktor kedua yang menyebapkan perlakuan ini kurang baik pda fase vegetative tanaman adalah dari biota tanah nya, dimana perlakuan ini tanpa menggunakan cacing, sehingga bahan organic yang diberikan itu akan tidka bisa digunakan tanaman, karena bahan organic perlu di lakukan decomposer terlebih dahulu sehingga pertumbuhan tanaman akar tergangu khusunya fase vegetative tanaman. Menurunnya kadar bahan organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Tinggi rendahnya bahan organik juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah.
4. Berat basah, berat kering dan Kadar Air batang
Parameter yang di amati selanjutnya dalam pratikum ini adalah pengamatan berat basah dan berat keringnya, fungsinya untuk mengetahui Kadar air yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel di atas dapat dijelaskan dengan gambar grafik dibawah ini.
Grafik 4.4 .Tabel hasil berat basah dan berat kering pada setiap Perlakuan
Grafik 4.5 .Tabel hasil Kadar air Batang pada setiap Perlakuan
Berdasarkan hasil grafik pengamatan berat basah, berat kerin batang yang menghasilkan kadar air tertinggi adalah perlakuan LSC3 dengan factor ( liat, kompos, dan menggunakan cacaing) berdampak positif terhadap Parameter terssbut , hal ini dapat dilihat dari nilai hubungan anatar dua variable tersebut dimana r adalah 41 % artinya pengaruh perlakuan tiga factor ini terhadap berat basah, berat kering batang sangat berpengaruh, dan perlakuan memiliki pengaruh sebesar 94% terhadap kadar air batang terutama pada perlakuan LSC3 yaitu memiliki Kadar air 99.87 % cm, hal ini dapat terjadi karena perlakuan LSC3 faktor pembentuknya mendukung kadar air di tanaman. Karena perlakaun ini menggunakan tanah liat. Sejalan dengan pendapat Ode,dkk (2016)Water Holding Capacity pada tanah liat sangat kuat sehingga evaporasi pada tanah liat lebih rendah, karena semakin tinggi WHC maka semakin rendah evaporasi yang terjadi. Otomatis dari ini proses fotosintesis akan berjalan baik sehingga kadar air dalam tanah tercukupi. Berat basah, berat kering dan Kadar Air akar
Berikut adalah grafik dari hasil pengamatan berat basah dan berat kering serta kadar air pada akar yang disajikan sebagai berikut :
Grafik 4.6 .Tabel hasil berat basah dan berat kering akar pada setiap Perlakuan
Grafik 4.7 .Tabel hasil Kadar air akar pada setiap Perlakuan
Berdasarkan pengamatan dengan grafik yang disajikan sangat jelas bahwa tiga factor yang diuji juga mempengaruh Kadar air akar tanaman yang di hasilkan, Berdasarkan data yang diperoleh selisih berat basah dan berat kering akar tanaman tomat yang tertinggi adalah perlakuan LSC3 Hal ini sejalan dengan panjang akar, dimana perlakuan ini memiliki panjang akar paling panjang dari perlakuan yang lain. Artinya perlakuan dengan material LSC3 memberikan laju fosotntesis atau fotosintat nya tertinggi pada akar.
Factor tanah liat yang digunakan pada perlakuan ini menunjang hasil Kadar Air pada akar, kesedian air disekitar tanaman akan mempengaruhi perkembangan akar, air yang cukup perkembangan akar akan bagus begitu juga hasil fotosintstnya. Tanah liat memiliki pori kecil dengan Luas permukaan yang cukup luas sehingga kemapuan menangkap air dan hara sangat bagus, hal ini menujnag ketersedian hara yang dipalikasi dengan bahan oeganik berupa kmpos, sehingga pertumbuhan dan kasil fotosintesis terjadi maksimal, hal ini dapat dilihat dari Kadar Air akar di tanaman, dimana perlakuan ini memiliki kadar air tanaman tertinggi yaitu 99.80%.
Perlakuan PSC1 memliki Kadar air akar paling rendah, hal ini terntu disebapkan dari factor yang diperlakukan pada perlakuan ini, dimana perlakuan ini menggunakan tanah berpasir. Menurut Zahara (2015) tanah berpasir memiliki ruang makro yang sangat bnyak sehingga air mudah terlepas, dan juga tanah yang berpasir WHC sangat rendah sehingga menyebapkan evaporasi berjaln sangat tinggi. Ini lah alasan penyebap kadar air akar pada perlakuan ini sangat rendah karena air yang ada di akar untuk respirasi untuk mengimbangi kekurangan air yang ada.
5. Analisis jumlah Mikroogranisme (jamur) pada setiap Perlakuan
Bahan
organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dalam proses
dekomposisi, aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh jumlah sumber energi
(bahan organik), keadaan lingkungan seperti curah hujan dan suhu, jumlah dan
jenis mikroorganisme. Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme
tanah juga dipengaruhi oleh keadaan kadar air tanah. Perlakuan dengan
menggunakan tiga Faktor yang dicoba memiliki pengaruh terhadap jumlah Mikroba
jamur pada tanah, hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini
Grafik 4.8 .Tabel analisis jumlah mikroorganisme setiap Perlakuan
Berdasarkan grafik jelas bahwa pengaruh tiga factor
yang dicoba memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dan aktivitas
jamur, dapat dilihat dari nilai r yaitu nilai r nya adalah 92% , artinya tiga factor yang diuji memiliki
pengaruh sebesar 92% terhadap aktivitas dan jumlah jamur. Setelah dilakukan
analisi MO diperoleh data bawah perlakuan PSO memiliki jumlah MO yang sangat
banyak. Jumlah mikroorgamine yaitu jamur diperlakuan ini paling banyak adalah
karena bahan organic yang diberikan. kadar bahan organik tanah merupakan salah
satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Tinggi rendahnya bahan organik
juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah. Meningkatnya
kegiatan organisme tanah tersebut akan mempercepat dekomposisi bahan organic.
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung
terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat dan ciri tanah. Adapun pengaruh bahan organik pada biologi tanah menurut
Hakim dkk. (1986), yaitu: (1) jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah
meningkat (2) kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik
juga meningkat. Seperti yang kita ketahui apabila dekomposisi bahan organik
meningkat, maka akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme serta dapat
meningkatkan respirasi tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Perlakuan LSC3 perperan penting dalam fase vegetative tanaman terutama pada tinggi tanaman, karena perlakuan ini memberikan pengaruh tinggi tanaman paling tinggi yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 39.68 cm
2. Perlakuan LDO1 jumlah penambahan airnya yang paling sedikit dengan rata rata penambahan sebesar 169.4 ml, hal ini karena perlakuan ini menggunakan factor tanah liat yang cendrung memilki WHC yang tinggi, karena memiliki ruang pori mikro yang besar.
3. Perlakuan LSC3 perperan sangat penting dalam laju fotosintesis yang dapat dilihat dari kadar air nya, dimana perlakuan ini memiliki kadar air yang tinggi dari perlakuan lain, baik kadar air batang sebesar 99.87 % dan kadar air akar sebesar 99,80%.
4. Media kompos memiliki jumlah mikroorganisme yang paling tinggi dari media yang lain, jumlah mikroorganisme yang tinggi akan membantu meningkatkan proses decomposer dan lebih menyediakan hara bagi tanaman, seperti jamur Mi
5. Berdasarkan grafik menunjukan pengaruh tiga factor yang dicoba memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dan aktivitas jamur, dapat dilihat dari nilai r yaitu nilai r nya adalah 0.92, artinya tiga factor yang diuji memiliki pengaruh sebesar 92% terhadap aktivitas dan jumlah jamur.
DAFTAR PUSTAKA
-
AAK.
2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm.
-
Afandi.
2005. Fisika Tanah 1. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm
-
Agromedia.
2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.
234hlm.
-
Arsyad.
A. 2006. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta
-
Baver,
L.D., Gardner, W.H., dan Gardner, W.R. 1972. Soil Physics. New York: John
Willey and Sons
-
Budi
Ardiansyah. 2008. Pengetahuan Tentang Pupuk. Jakarta: Intimedia Cipta
Nusantar. 42hlm.
-
Dani,
Or and J. M. Wrath. 2000. Water movement
in soil. In M. E. Summer (ed.).
Handbook of Soil Science. CRC Press, Boca Raton-London-New
York-Washington D.C. p. A53-A86.
-
Effi
Ismawati, 2005. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar
Swadaya . Jakarta. 21hlm.
-
Erizilina,
E., Pamoengkas, P., & Darwo, D. (2018). Hubungan Sifat Fisik Dan Kimia
Tanah Dengan Pertumbuhan Meranti Merah Di
Khdtk Haurbentes. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of
Natural Resources and Environmental Management), 8(2), 216–222.
https://doi.org/10.29244/jpsl.8.2.216-222.
-
Foth,
H. D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 374 hlm.
-
Hakim,
N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha,
G.B.Hong, N.H.Balley., 1986.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Universitas Lampung, Lampung.
-
Hardjowigono,
H.S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
-
Heru
Prihmantoro. 2011. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
6hlm.
-
Hillel,
D. 1987. Introduction to Soil Physic. Diterjemahkan oleh Sutanto, R.H. dan
Purnomo, R.H. 1998. Pengantar Fisika Tanah.
PT. Mitra Gama Widya. Yogyakarta. 345 hlm.
-
Lawenga, fira fermila, Hasanah, U., & Widjajanto,
D. (2015). PENGARUH
Pemberian Pupuk Organik Terhadap Sifat Fisika
Tanah Dan Hasiltanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.)Di Desa Bulupountu
Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. E.J Agrotekbis, 3(5), 564–570.
-
Margolang,
R. D., Sembiring, M., & A. (2015). Karakteristik Beberapa Sifat Fisik,
Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem
Pertanian Organik The. Jurnal Onliine Agroteknologi, 3(2), 717–723.
-
Novizan.
2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agro Media Pustaka
-
Ode, L.
A., Bande, S., Hadisutrisno, B., & Somowiyarjo, S. (2016). Korelasi Sifat
Fisik dan Kimia Tanah Dengan Intensitas Penyakit Busuk Pangkal Batang
Tanaman Lada. Jurnal Litri, 22(2), 63–70.
-
Purwati,
E. dan Kharunnisa. 2008. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta. 67 hlm.
-
Rohmat,
D., I. Soekarno. 2006. Formulasi Efek Sifat Fisik Tanah terhadap
Permeabilitas dan Suction Head Tanah. Jurnal BIOTURA, Vol. 8 No.1 Maret
2006.
-
Sinulingga,
M., & Darmanti, S. (1979). Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir
yang diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. 2010,
32–38.
-
Sumeru
Ashari. 1998. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta: Rineka Cipta
Komentar
Posting Komentar